Bagikan:

JAKARTA - Serangkaian kericuhan terjadi di Gedung Capitol Hill, Washington DC, terkait pembahasan hasil Pilpres Amerika Serikat (AS). Menyikapi hal tersebut platform media sosial kompak mengambil tindakan terhadap akun Presiden AS Donald Trump.

"Kami meminta @realDonaldTrump untuk menghapus tiga tweet yang telah dituliskan pada hari ini, yang melanggar kebijakan Integritas Sipil," tulis Twitter lewat akun Twitter Safety, Kamis, 7 Januari.

Namun karena pelanggaran berulang, Twitter mengancam akan membekukan akun Donald Trump untuk 12 jam ke depan. Di mana Trump mencuitkan, kalimat berisi dukungan aksi kekerasan yang sedang berlangsung di tengah demonstrasi di Gedung Capitol Hill.

"Pelanggaran aturan Twitter di masa mendatang, termasuk melanggar Integritas Sipil kami atau ancaman kekerasan, akan mengakibatkan penangguhan permanen atas akun @realDonaldTrump," tulis tim Twitter.

Tweet-tweet tersebut sebelumnya sudah dilabeli Twitter sebagai postingan yang menyesatkan. Awalnya, Twitter hanya membatasi agar tweet tersebut tidak bisa di-reply (jawab), retweet, dan like (disukai).

Twitter juga mengatakan bahwa opsi penangguhan sejatinya dihindari sebagaimana tercatut di "kebijakan kepentingan publik", yang disebutkan bahwa tweet dari para pemimpin dunia harus dibiarkan tetap aktif untuk memungkinkan pengawasan dan penyebaran publik.

"Kami akan terus mengevaluasi situasi secara real time, termasuk memeriksa aktivitas di lapangan dan pernyataan yang dibuat Twitter," tulis tim Twitter Safety.

Facebook Hapus Postingan Trump

Hal serupa juga akan dilakukan Facebook yang bakal membungkam postingan dan unggahan video Presiden AS Donald Trump. Platform media sosial itu juga telah menghapus video Trump yang ditujukan untuk para massa pendukungnya. 

Dalam video itu, Trump menyerukan agar para pendukungnya kembali ke rumah. Namun, ia pun memberikan simpati atas aksi kekerasan di gedung kongres Capitol itu. Ia pun menekankan kembali klaim bahwa telah terjadi kecurangan perhitungan suara dalam Pemilu Presiden AS.

"Ini adalah situasi darurat dan kami mengambil tindakan darurat yang sesuai, termasuk menghapus video Presiden Trump," kata Guy Rosen, Wakil Presiden Integritas Facebook, dalam sebuah cuitan, seperti dikutip CNN