JAKARTA - Kericuhan terjadi d Gedung Capitol Hill, akibat ulah pendukung Donald Trump yang kecewa atas kekalahan jagoannya dari Presiden terpilih Joe Biden, Rabu, 6 Januari waktu setempat.
Ini menyebabkan Sidang Kongres AS yang membahas penetapan hasil Pilpres AS dihentikan dan dilanjutkan beberapa saat kemudian usai situasi terkendali.
Setidaknya butuh waktu empat jam, bagi aparat kepolisian dan militer dikerahkan untuk mengamankan aksi massa di dalam gedung Kongres Capitol Hill. Anggota senat yang terjebak di dalam juga berupaya mengamankan hasil pilpres dari aksi penjarahan massa.
Ribuan aparat keamanan dikerahkan untuk mengendalikan kondisi ini, termasuk Polisi DC, Pasukan Garda Nasional, FBI hingga Secret Service. Beberapa petugas keamanan terluka. Sementara dari pengunjuk rasa, ada korban jiwa dan luka-luka.
U.S Capitol Historical Society menyebutkan, aksi pendukung Trump ini sebagai aksi paling merusak pada bangunan ikonik tersebut, sejak Tentara Inggris membakarnya di tahun 1814.
Burning of Washington
Penyerbuan Tentara Inggris yang dimaksud U.S Capitol Historical Soceity adalah peristiwa yang dikenal sebagai The Burning of Washington. Ini bagian dari invasi yang dilakukan oleh Inggris ke Kota Washington (kini Washington DC) pada tahun 1812.
Epik dari invasi ini salah satunya adalah Perang Bladensburg pada 24 Agustus 1814. Usai mengalahkan Amerika, Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Robert Ross membakar beberapa gedung pemerintahan dan militer.
BACA JUGA:
Termasuk di dalamnya adalah Gedung Putih (Istana Presiden AS) dan Gadung Capitol Hill beserta sejumlah gedung lainnya. Ini pembalasan atas penghancuran Port Dover di Kanada oleh Amerika.
"The Burning of Washington" menandai satu-satunya momen Gedung Kapitol diserbu dan dirusak sejak Perang Revolusi Amerika. Hingga peristiwa 6 Januari 2021 terjadi, dimana pendukung Donald Trump menyerbu Capitol Hill.
Anda dapat membaca kisah selengkapnya di kanal Memori: "Inggris Membakar Gedung Capitol dalam Serangan Beradab"