Serang Pos Terdepan Militer Myanmar: Gerilyawan Tewaskan 11 Tentara Termasuk Seorang Kapten Batalyon
Ilustrasi bentrokan warga sipil dengan pasukan rezim militer Myanmar. (Wikimedia Commons/Maung Sun)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah serangan terhadap pos militer di Kotapraja Natogyi Wilayah Mandalay akhir pekan lalu, menewaskan 11 tentara dan melukai tiga lainnya, menurut komandan gerilyawan.

Pos terdepan, yang terletak di sebuah sekolah di Desa Su Phyu Kone dan diawaki oleh 20 tentara, diserang oleh kelompok yang menamakan dirinya Pasukan Gerilya Nol Jumat malam lalu.

Menggunakan mortir buatan tangan dan senjata ringan, kelompok itu menyerbu pos terdepan sekitar pukul 10 malam itu. Seorang kapten tentara dan 10 orang lainnya yang ditempatkan di sana tewas, kata pemimpin kelompok itu kepada Myanmar Now seperti dilansir 20 Oktober.

Jenazah para korban, termasuk Kapten Tun Tun Aung dari Batalyon Infanteri Ringan 113, yang berbasis di Meiktila, dikumpulkan oleh militer keesokan paginya, tambahnya.

Sebuah laporan insiden itu diunggah ke Facebook sehari setelah kejadian, namun kemudian dihapus setelah pendukung rezim militer Myanmar berkomentar jumlah korban tidak akurat.

"Kami kemudian berhasil mendapatkan jumlah pasti korban," kata pemimpin Pasukan Gerilya Nol, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Dia menambahkan, kelompoknya mengamati dengan hati-hati pergerakan pasukan di kawasan tersebut, di tengah pengerahan besar-besaran pasukan militer Myanmar baru-baru ini.

“Kami telah mencatat semua informasi geografis, semua pintu masuk dan keluar, dan kami mengawasi pergerakan mereka,” katanya, mencatat bahwa saat ini ada sekitar 350 tentara junta yang dikerahkan di sekitar desa.

Sementara itu, sumber-sumber lokal mengatakan sejumlah penangkapan telah dilakukan sejak serangan itu, tetapi junta belum membuat pernyataan tentang serangan itu atau tanggapannya.

Untuk diketahui, Kotapraja Natogyi telah mengalami sejumlah bentrokan serius dalam beberapa pekan terakhir. Pada akhir September, empat anggota keluarga yang tinggal di desa Shaw Hpyu, termasuk seorang anak berusia 18 bulan, terbunuh oleh tembakan tentara.

Selain terlibat langsung dengan pasukan militer di daerah tersebut, Pasukan Gerilya Nol juga menargetkan informan junta yang dicurigai dan menara komunikasi yang dioperasikan oleh Mytel, sebuah perusahaan telekomunikasi yang sebagian dimiliki oleh militer Myanmar.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.