Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Korea Selatan menemukan cacat atau kerusakan di keempat pesawat pengintai tak berawak Global Hawk yang dibelinya dari Amerika Serikat, kata seorang anggota parlemen dari partai yang berkuasa, Kamis, menyerukan langkah-langkah untuk memastikan operasi mereka yang stabil.

Mengutip data dari Angkatan Udara selama audit parlemen, legislator Ahn Gyu-back dari Partai Demokrat mengatakan, cacat ditemukan rata-rata 10 kali di masing-masing drone jenis RQ-4 Global Hawk.

Diketahui, sejak Desember 2019 hingga September tahun lalu, Korea Selatan mendatangkan empat drone RQ-4 Global Hawks di bawah proyek senilai 965,9 miliar won atau setara 812 juta dolar Amerika Serikat, sekitar Rp11.449.849.600.000

"Ada terlalu banyak cacat karena waktu yang singkat sejak diluncurkan di sini," kata Ahn, mengutip Korea Times 14 Oktober.

"Kita harus benar-benar memeriksa manajemen operasional drone Global Hawks dan dengan cepat menyusun langkah-langkah untuk memastikan operasi mereka yang stabil," sambungnya.

Anggota parlemen juga mengatakan bahwa militer menemukan bagian yang tidak berfungsi yang bertanggung jawab untuk mengirimkan citra ke tanah di salah satu Global Hawk, tetapi belum menemukan apa yang salah.

drone r1-4 global hawk
Ilustrasi drone RQ-4 Global Hawk. (Wikimedia Commons/Staff Sgt. Christopher Matthews)

Oktober tahun lalu, Korea Selatan mengonfirmasi adanya cacat atau kerusakan pada dua dari empat drone RQ-4 Global Hawk.

Mengutip Yonhap 21 Oktober 2020, kebocoran minyak ditemukan di roda pendaratan satu pesawat, dengan masalah terkait sensor kontrol inti terdeteksi di pesawat lain, kata seorang pejabat dengan syarat anonim.

Otoritas militer Korea Selatan ketika itu langsung berkonsultasi dengan perusahaan pertahanan Amerika Serikat Northrop Grumman, produsen drone pengawasan ketinggian tinggi yang dikemudikan dari jarak jauh, mengenai masalah ini, menurut sumber pertahanan.

Pada tahun 2011, Korea Selatan menandatangani kesepakatan senilai 965,9 miliar won untuk pengadaan empat RQ-4 Block 30 Global Hawks. Yang pertama tiba Negeri Ginseng pada Bulan Desember tahun 2019, dengan pengiriman yang lain selesai pada Bulan September 2020.