JAKARTA - Aparat intelijen berhasil menangkap 10 mata-mata dari dinas intelijen negara-negara regional yang bersekutu dengan Barat, sebut Kementerian Intelijen Iran.
Dalam keterangannya, Kementerian Intelijen menyebut dinas intelijen dari negara-negara regionnal yang tidak disebutkan namanya, bertujuan mengumpulkan informasi dan spionase dari lokasi sensitif di Iran, memanfaatkan warga Iran yang tinggal dan bepergian ke negara-negara tersbut.
"Sebuah tindakan pencegahan diambil terhadap dinas intelijen yang relevan," menurut kementerian mengutip The Jerusalem Post 13 Oktober.
Pengumuman itu muncul di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Iran dan Azerbaijan, dengan Teheran menyebut baku mengizinkan pasukan Israel beroperasi di sepanjang perbatasannya dengan Iran. Azerbaijan membantah tuduhan operasi Israel terhadap Iran dilakukan dari wilayahnya.
Tidak jelas apakah salah satu "negara regional" yang disebutkan oleh Kementerian Intelijen adalah Azerbaijan.
Provinsi Bushehr, tempat para terduga mata-mata itu ditangkap, adalah rumah bagi pembangkit listrik tenaga nuklir. Pada bulan Juni, pembangkit listrik mengalami pemadaman darurat.
IAEA melaporkan, cacat teknis menyebabkan pembangkit listrik ditutup sementara dan terputus dari jaringan listrik nasional, menurut Kantor Berita Fars Iran.
Sementara bulan lalu, Kementerian Intelijen Iran mengumumkan mereka telah membunuh pemimpin kelompok yang diklaim didukung dan dipandu oleh dinas intelijen negara-negara yang memusuhi Iran.
Kelompok itu diduga berencana menyerang situs-situs sensitif dan vital di Iran, menurut media Iran. Semua anggota kelompok itu ditangkap oleh pasukan intelijen Iran.
BACA JUGA:
Kementerian Intelijen tidak merinci negara musuh mana yang mendukung kelompok itu, tetapi siaran negara Iran IRIB menyiarkan sebuah film dokumenter setelah berita itu diumumkan, mengacu pada pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, menyindir kedua negara berada di belakang kelompok.
Film dokumenter itu juga tampaknya menyindir kelompok itu dipersenjatai di Azerbaijan, menunjukkan foto-foto Baku, ibu kota Azerbaijan, sambil menyatakan mereka dipersenjatai di "salah satu negara tetangga".