Jerman Ungkap Aktivitas Pengembangan Senjata Pemusnah Massal dan Mata-mata Iran
Ilustrasi misil milik Iran. (Wikimedia Commons/Hawijpolo)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas intelijen Jerman mengungkapkan, Iran tengah mencari cara untuk mengembangkan senjata pemusnah massal, dengan memanfaatkan bahan sumber dari Eropa. 

Laporan Bavarian Office fot the Protection of Constitution atau badan intelijen domestik Jerman menyebut, Iran bersama Korea Utara dan Suriah tengah berusaha mengembangkan persediaan senjata perusak.

Ini berbeda dengan hadirnya Iran dalam pembicaraan di Wina, Austria yang bertujuan untuk memulihkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Iran, Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya. Membuktikan bantahan menginginkan senjata nuklir. 

"Mereka berusaha untuk memperluas persenjataan senjata konvensional mereka melalui produksi, atau modernisasi konstan, senjata pemusnah massal," kata laporan itu, melansir The National News, Rabu 28 April. 

"Untuk memperoleh pengetahuan dan materi yang diperlukan, negara ini mencoba menjalin kontak dengan bisnis di negara-negara teknologi tinggi seperti Jerman," lanjut laporan tersebut.

Untuk menghindari kontrol ekspor Jerman, lanjut laporan itu, negara-negara tersebut mendirikan perusahaan palsu, mengirim barang melalui negara ketiga atau menipu perusahaan Jerman untuk menyembunyikan aktivitas mereka. 

Dokumen setebal 380 halaman itu juga mengatakan, dinas intelijen Iran tetap aktif di Jerman, bahkan setelah mereka terlibat dalam plot bom di Eropa yang digagalkan oleh otoritas Jerman.

Kementerian Intelijen Republik Islam Iran (MOIS), Organisasi Intelijen Korps Pengawal Revolusi dan Pasukan Elite Pengawal Revolusi Quds, disebutkan dalam daftar mata-mata asing yang aktif di Jerman.

Seorang agen MOIS diidentifikasi sebagai komplotan di balik serangan bom yang digagalkan pada rapat umum oposisi Iran di Paris pada 2018. Tamu di acara tersebut termasuk mantan walikota New York City Rudy Giuliani dan beberapa anggota parlemen Inggris.

Pelaku upaya serangan bom Assadollah Assadi, ditangkap di Jerman dan dipindahkan ke Belgia, di mana polisi menemukan bahan peledak di dalam mobil. Pejabat keamanan Belgia kemudian mengidentifikasi dia sebagai seorang pejabat intelijen Iran yang beroperasi secara menyamar di kedutaan Teheran di Austria. Dia diyakini bekerja untuk apa yang disebut Departemen 312, sebuah direktorat keamanan dalam negeri, yang ada dalam daftar terorisme Uni Eropa.

Penyelidikan mengungkap Assadi membawa bahan peledak ke Austria dalam penerbangan komersial dari Iran. Kemudian ia menyerahkannya kepada komplotan lain selama pertemuan di sebuah restoran Pizza Hut di Luksemburg.

Laporan itu mengatakan, pekerjaan pengintaian Iran di Jerman ditujukan terutama pada kelompok Yahudi dan Israel serta pendukung mereka.

"Jerman tetap menjadi fokus pekerjaan pengintaian badan intelijen," sebut laporan tersebut.

Untuk diketahui, Jerman adalah salah satu penandatangan kesepakatan nuklir 2015 antara kekuatan dunia bersama Iran, yang coba dihidupkan kembali oleh para diplomat di Wina.