Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Iran mengumumkan bakal melakukan ujicoba reaktor nuklir Arak yang didesain ulang, sebagai tahap awal dari rencana untuk mengoperasionalkan kembali reaktor ini akhir tahun.

Pengumuman ini disampaikan oleh Organisasi Energi Atom Iran pada hari Jumat, 19 Maret seperti melansir Reuters. Uji coba yang dilakukan merupakan uji coba dingin. 

Juru bicara Behrouz Kamalvandi seperti dikutip media lokal menjelaskan, pengujian dingin, yang biasanya mencakup permulaan awal sistem fluida dan sistem pendukung, akan berlangsung di awal tahun baru Iran yang dimulai Minggu ini.

"Dengan kata lain, kami memiliki pekerjaan yang maju di bidang bahan bakar, penyimpanan, dan lain-lain," kata Kamalvandi.

Pengumuman ini ditenggarai akan memperumit usaha Iran bersama negara-negara Barat, untuk kembali ke perjanjian nuklir 2015. Sekaligus memberikan tekanan baru terhadap Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

reaktor nuklir arak
Reaktor Nuklir Arak, Iran. (Wikimedia Commons/Nanking2012)

Sikap bandel Iran tidak lepas dari keputusan kontroversial mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menyatakan keluar dari perjanjian di tahun 2018, diikuti pemberian sanksi terhadap Iran. 

Amerika Serikat dan Iran kini terjebak dalam kebuntuan, tentang siapa yang harus bergerak lebih dulu untuk menyelamatkan kesepakatan.

Iran setuju untuk menutup reaktor nuklir di Arak, sekitar 250 km barat daya Teheran, berdasarkan perjanjian nuklir 2015. Reaktor ini bisa menghasilkan air berat dalam jumlah terbatas dan Teheran telah bekerja untuk mendesain ulang reaktor. Ia mengatakan berencana membuat isotop untuk keperluan medis dan pertanian.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam sebuah laporan kepada negara-negara anggotanya menyebut awal pekan ini menyebut, Iran telah mulai memperkaya uranium di pabrik bawah tanah Natanz dengan jenis sentrifuse canggih kedua, IR-4, dalam pelanggaran lebih lanjut dari kesepakatan tersebut.

Tahun lalu Iran mulai memindahkan tiga kaskade, atau kelompok model sentrifugal canggih yang berbeda dari pabrik di atas tanah di Natanz ke Pabrik Pengayaan Bahan Bakar di bawah tanah (FEP). Pratik memperkaya itu ilegal, karena menggunakan sentrifugal IR-2m. Kesepakatan itu hanya memungkinkannya memperkaya di sana dengan mesin IR-1 generasi pertama. Sementara di Fordow, Iran memperkaya kemurnian uranium milik mereka hingga 20 persen.