Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meningkatkan ancaman untuk menyerang fasilitas-fasilitas nuklir Iran pada Hari Minggu, dengan mengadakan sebuah latihan perang yang jarang dilakukan oleh kabinetnya setelah ia menuduh para inspektur PBB gagal menghadapi Teheran.

Dengan Iran yang telah memperkaya uranium hingga mencapai 60 persen kemurnian fisil untuk dua bom nuklir, jika dimurnikan lebih lanjut - sesuatu yang dibantah oleh Iran - Israel telah melipatgandakan ancamannya untuk melancarkan serangan militer preemptive jika diplomasi internasional gagal.

Israel diketahui telah lama menyatakan, agar diplomasi berhasil, Iran harus dihadapkan pada ancaman militer yang kredibel.

"Kami berkomitmen untuk bertindak melawan nuklir Iran, melawan serangan rudal terhadap Israel dan kemungkinan bergabungnya berbagai front ini," kata PM Netanyahu dalam sebuah pernyataan video dari bunker komando bawah tanah Israel di markas besar militer di Tel Aviv, melansir Reuters 5 Juni.

Menghadapi kemungkinan adanya beberapa front, PM Netanyahu yang dikelilingi oleh para menteri kabinet keamanan dan kepala pertahanan mengatakan, mengharuskan kepemimpinan Israel untuk "mempertimbangkan, jika mungkin mempertimbangkan lebih awal," keputusan-keputusan besarnya.

Kantor Netanyahu mengeluarkan rekaman latihan tersebut. Publisitas seputar persiapan itu tampaknya berangkat dari serangan Israel pada tahun 1981 terhadap reaktor nuklir Irak dan serangan mendadak serupa di Suriah pada tahun 2007, yang dilakukan tanpa peringatan sebelumnya.

Sebelumnya, PM Netanyahu melontarkan kritik tajam terhadap Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menyusul laporan pekan lalu badan itu, bahwa Iran telah memberikan jawaban yang memuaskan atas satu kasus partikel uranium yang dicurigai, serta memasang kembali beberapa peralatan pemantauan yang awalnya dipasang di bawah Kesepakatan Nuklir 2015 yang sekarang sudah tidak berlaku.

"Iran terus berbohong kepada Badan Energi Atom Internasional. Penyerahan diri badan ini terhadap tekanan Iran merupakan noda hitam dalam catatannya," kritik Netanyahu dalam pidato yang disiarkan di televisi.

Badan pengawas tersebut berisiko dipolitisasi sehingga akan kehilangan signifikansinya terhadap Iran, katanya. IAEA menolak berkomentar terkait hal ini.

Pada Hari Rabu, badan tersebut melaporkan bahwa setelah penyelidikan bertahun-tahun dan kurangnya kemajuan, Iran telah memberikan jawaban yang memuaskan untuk menjelaskan salah satu dari tiga lokasi di mana partikel uranium telah terdeteksi.

Partikel-partikel itu dapat dijelaskan dengan keberadaan tambang dan laboratorium yang pernah dioperasikan Soviet di sana dan IAEA tidak memiliki pertanyaan lebih lanjut, kata seorang diplomat senior di Wina.

Namun, PM Netanyahu mengatakan penjelasan Iran "secara teknis tidak mungkin."

Meski demikian, diplomat Wina itu juga mengatakan, penilaian IAEA tetap, bahwa Iran telah melakukan uji coba bahan peledak di sana beberapa dekade lalu yang relevan dengan senjata nuklir.