JAKARTA - Sebuah kapal perang China melintas dalam jarak 150 yard (137 meter) dari kapal perusak rudal Amerika Serikat di Selat Taiwan dengan "cara yang tidak aman", kata pejabat militer AS, sementara China menyalahkan Amerika Serikat karena "dengan sengaja memprovokasi risiko" di wilayah tersebut.
Angkatan laut Amerika Serikat dan Kanada tengah menggelar latihan bersama di selat yang memisahkan Taiwan dan China, dengan mengerahkan USS Chung-Hoon (DDG 93) dan HMCS Montreal (FFH 336).
Komando Indo-Pasik Amerika Serikat (US Indopacom) dalam sebuah pernyataan mengatakan, kapal Tiongkok memotong di depan kapal perusak berpeluru kendali AS USS Chung-Hoon, memaksanya memperlambat laju kapal untuk menghindari tabrakan, melansir Reuters 5 Juni.
Dikatakan, militer Tiongkok menegur Amerika Serikat dan Kanada, karena "dengan sengaja memprovokasi risiko", setelah angkatan laut kedua negara melakukan pelayaran bersama yang jarang terjadi melalui Selat Taiwan yang sensitif.
Rekaman video yang disiarkan oleh situs web Kanada, Global News, menunjukkan 'pertemuan' antara kedua kapal tersebut.
Komando Indo-Pasifik AS mengatakan, USS kapal Chung-Hoon dan HMCS Montreal sedang melakukan transit "rutin" di selat tersebut, ketika kapal PLA (N) Luyang III DDG 132 (RRT LY 132) memotong di depan kapal Amerika, mengutip situs US Indopacom
"Jarak terdekat kapal Tiongkok adalah 150 yard dan tindakannya melanggar 'Aturan Jalan' maritim untuk melintas dengan aman di perairan internasional," jelas US Indopacom.
Itu merupakan peristiwa terbaru saat perangkat militer kedua negara bersinggungan dalam jarak dekat. Sebelumnya, sebuah jet tempur Tiongkok melakukan manuver "agresif yang tidak perlu" di dekat pesawat militer AS di wilayah udara internasional Laut China Selatan pada 26 Mei, demikian ungkap Komando Indo-Pasifik AS Selasa pekan lalu.
Sementara itu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington Liu Pengyu, tidak mengomentari secara spesifik insiden jet tempur tersebut. Tetapi ia mengatakan, AS telah "sering mengerahkan pesawat dan kapal untuk melakukan pengintaian jarak dekat terhadap China, yang menimbulkan bahaya serius bagi keamanan nasional China."
Terpisah, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan, mengatakan dalam sebuah wawancara yang telah direkam dan ditayangkan di CNN pada Hari Minggu, AS berusaha untuk mempertahankan "dinamika lintas selat yang stabil" antara China dan Taiwan, menghindari konflik "yang pada akhirnya akan menghancurkan ekonomi global."
BACA JUGA:
Diketahui, China telah mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya, sejak Pemerintah Republik Tiongkok melarikan diri ke pulau itu pada tahun 1949, setelah kalah dalam perang saudara melawan komunis Mao Zedong.
Pemerintah Taiwan mengatakan, China tidak pernah memerintah pulau tersebut dengan Presiden AS Joe Biden mengatakan, AS akan membela Taiwan jika terjadi invasi Tiongkok.