Bagikan:

JAKARTA - Militer Amerika Serikat mengumumkan, penerbangan pesawat Angkatan Laut mereka di Selat Taiwan menunjukkan komitmen terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, setelah China mengeluhkan hal itu membahayakan perdamaian dan stabilitas.

China mengatakan telah mengirim pesawat untuk memantau dan memperingatkan pesawat anti-kapal selam P-8A, saat terbang di atas jalur air sensitif pada Hari Jumat pekan lalu.

"Kapal dan pesawat Angkatan Laut AS secara rutin berinteraksi dengan kapal perang dan pesawat asing saat beroperasi di seluruh kawasan," kata Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 28 Juni.

"Semua interaksi dengan pasukan militer asing selama transit itu konsisten dengan norma-norma internasional dan tidak berdampak pada operasi," lanjut pernyataan itu.

"Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar dan beroperasi di mana pun yang diizinkan hukum internasional, termasuk di dalam Selat Taiwan. Transit pesawat di Selat Taiwan menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," tandas pernyataan tersebut.

Penerbangan itu dilakukan setelah Taiwan mengerahkan pesawat tempur dua kali pekan lalu, untuk memperingatkan dua serangan skala besar oleh Angkatan Udara China ke zona pertahanan udara Taiwan.

Diketahui, Selat Taiwan sering mengalami ketegangan militer sejak pemerintah Republik China melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah perang saudara dengan komunis yang mendirikan Republik Rakyat China.

Bulan ini, China mengatakan "memiliki kedaulatan, hak berdaulat dan yurisdiksi atas Selat Taiwan". Sebaliknya, mereka menyebut klaim palsu terkair pernyataan negara-negara tertentu yang mengatakan Selat Taiwan sebagai perairan internasional.

Sementara, Amerika Serikat dan Taiwan menolak klaim tersebut, menegaskan kembali penilaian mereka kawasan tersebut sebagai perairan internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, kapal perang AS dan kadang-kadang kapal-kapal dari negara-negara sekutu seperti Inggris dan Kanada, telah berlayar melalui selat itu, memicu kemarahan China.