Tiga Kapal Tenggelam di Eropa Karena Paus Pembunuh, Perilaku Agresif atau Kegemaran Bermain? Begini Kata Peneliti
Ilustrasi paus pembunuh. (Wikimedia Commons/Christopher Michel)

Bagikan:

JAKARTA - Paus pembunuh menyerang dan menenggelamkan kapal ketiga di lepas pantai Iberia, Eropa, bulan lalu, hal yang dinilai para peneliti ditiru oleh spesies sejenis.

Tiga paus pembunuh (Orcinus orca), menabrak kapal layar pada malam tanggal 4 Mei di Selat Gibraltar, lepas pantai Spanyol dan menembus kemudi.

"Ada dua orca yang lebih kecil dan satu orca yang lebih besar," kata kapten Werner Schaufelberger kepada media Jerman Yacht, dikutip dari Live Science 1 Juni.

"Yang kecil mengguncang kemudi di belakang, sementara yang besar berulang kali mundur dan menabrak kapal dengan kekuatan penuh dari samping," jelasnya.

Schaufelberger mengatakan, dia melihat orca yang lebih kecil meniru yang lebih besar.

"Dua orca kecil mengamati perilaku yang lebih besar dan, dengan sedikit lari, mereka juga menabrak perahu."

Penjaga pantai Spanyol menyelamatkan awak kapal dan menarik kapal ke Barbate, tapi tenggelam di pintu masuk pelabuhan.

Dua hari sebelumnya, enam orca menyerang perahu layar lain yang berlayar di selat. Greg Blackburn, yang berada di atas kapal, menyaksikan induk orca muncul untuk 'mengajari' anaknya cara masuk ke kemudi.

"Itu pasti semacam pendidikan, pengajaran sedang berlangsung," kata Blackburn kepada 9news.

paus pembunuh
Ilustrasi paus pembunuh Wikimedia Commons Maarten Visser

Laporan pertemuan agresif dengan orca di lepas pantai Iberia dimulai pada Mei 2020 dan menjadi lebih sering, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Juni 2022 di jurnal 'Marine Mammal Science'.

Serangan tampaknya terutama diarahkan ke kapal layar dan mengikuti pola yang jelas, dengan orca mendekat dari buritan untuk menyerang kemudi, kemudian kehilangan minat begitu mereka berhasil menghentikan kapal.

"Laporan interaksi terus berlanjut sejak 2020 di tempat-tempat di mana orca ditemukan, baik di Galicia atau di Selat," jelas peneliti dan penulis Alfredo López Fernandez, seorang ahli biologi di Universitas Aveiro di Portugal dan perwakilan dari Grupo de Trabajo Orca Atlantica, atau Kelompok Kerja Orca Atlantik.

Sebagian besar pertemuan tidak berbahaya, kata López Fernandez kepada Live Science melalui email.

"Dalam lebih dari 500 peristiwa interaksi yang tercatat sejak tahun 2020, terdapat tiga kapal yang tenggelam. Kami memperkirakan paus pembunuh hanya menyentuh satu kapal dari setiap seratus yang berlayar melalui suatu lokasi," terangnya.

Lonjakan agresi terhadap kapal adalah fenomena baru-baru ini, kata López Fernandez. Para peneliti berpikir, peristiwa mungkin telah memicu perubahan perilaku satu orca, yang telah dipelajari oleh populasi lainnya untuk ditiru.

"Para orca melakukan ini dengan sengaja, tentu saja, kami tidak tahu asal atau motivasinya, tetapi perilaku defensif berdasarkan trauma, sebagai asal mula semua ini, semakin memperkuat kami setiap hari," terang López Fernandez.

Para ahli menduga, orca betina yang mereka sebut White Gladis mengalami "momen penderitaan yang kritis" - tabrakan dengan perahu atau jebakan selama penangkapan ikan ilegal - yang membalikkan perubahan perilaku.

paus pembunuh
Ilustrasi paus pembunuh. (Wikimedia Commons/Donald LeRo/NOAA Southwest Fisheries Science Center National Science Foundation)

"Orca yang mengalami trauma itulah yang memulai perilaku kontak fisik dengan perahu itu," sebut López Fernandez.

Diketakan, Orca adalah makhluk sosial yang dapat dengan mudah mempelajari dan mereproduksi perilaku yang dilakukan oleh orang lain, menurut penelitian tahun 2022. Dalam sebagian besar kasus yang dilaporkan, orca langsung menuju kemudi kapal dan menggigit, membengkokkan, atau mematahkannya.

"Kami tidak menafsirkan bahwa orca mengajar yang muda, meskipun perilakunya telah menyebar ke yang muda secara vertikal, hanya dengan meniru, dan kemudian secara horizontal di antara mereka, karena mereka menganggap itu sesuatu yang penting dalam hidup mereka," papar López Fernandez.

Paus pembunuh tampaknya menganggap perilaku itu menguntungkan, meskipun ada risiko yang mereka hadapi dengan menabrak struktur kapal yang bergerak, tambah López Fernandez.

Sejak interaksi abnormal dimulai pada tahun 2020, empat orca yang termasuk dalam subpopulasi yang hidup di perairan Iberia telah mati, meskipun kematian mereka tidak dapat dikaitkan langsung dengan pertemuan dengan perahu.

Perilaku yang tidak biasa ini juga bisa bersifat main-main atau yang oleh para peneliti disebut sebagai "mode" — perilaku yang diprakarsai oleh satu atau dua individu dan ditiru sementara oleh individu lain sebelum ditinggalkan.

"Mereka adalah hewan yang sangat ingin tahu dan suka bermain, jadi ini mungkin lebih merupakan permainan daripada hal yang agresif," Deborah Giles, seorang peneliti orca di University of Washington dan di organisasi nirlaba Wild Orca, mengatakan kepada Live Science.

Seiring bertambahnya jumlah insiden, ada peningkatan kekhawatiran baik bagi pelaut maupun subpopulasi orca Iberia, yang terdaftar sebagai terancam punah dalam Daftar Merah IUCN. Sensus terakhir, pada tahun 2011, mencatat hanya ada 39 orca Iberia, menurut penelitian tahun 2022.

"Jika situasi ini berlanjut atau meningkat, itu bisa menjadi perhatian nyata bagi keselamatan pelaut dan masalah konservasi untuk subpopulasi paus pembunuh yang terancam punah ini," tulis para peneliti.