Bagikan:

JAKARTA - Seekor paus pembunuh yang terjebak di Sungai Seine, Prancis akan 'ditidurkan' dengan di-eutanasia, setelah rencana untuk membawanya kembali ke laut gagal, sementara para ilmuwan sepakat menyimpulkan, paus itu sakit parah.

Paus sepanjang 4 meter (13 kaki) dan diidentifikasi sebagai jantan, pertama kali terlihat di mulut Sungai Seine pada 16 Mei, di antara pelabuhan Le Havre dan Kota Honfleur di Normandia, sebelum berenang puluhan mil ke hulu, mencapai barat Kota Rouen.

Setelah pertemuan dengan ilmuwan nasional dan internasional, termasuk spesialis mamalia laut, prefektur setempat pada hari Sabtu mencoba memandu paus kembali ke laut dengan drone sambil mengeluarkan suara orca.

Tetapi paus itu menanggapi 'tidak menentu' dan 'tidak jelas' terhadap rangsangan suara, kata prefektur wilayah maritim Seine dalam sebuah pernyataan. Rekaman suara paus yang menangkap apa yang mereka katakan mirip dengan panggilan darurat oleh hewan itu.

"Upaya untuk membawa kembali paus ke laut telah gagal, dan untuk mencegah menambahnya tingkat stres, keputusan dibuat untuk menghentikan intervensi di malam hari," terangnya melansir Reuters 30 Mei.

Para ilmuwan meninjau gambar dan data dari intervensi dan menyimpulkan, hewan itu menderita mucormycosis, atau jamur hitam, penyakit yang terlihat pada paus di Amerika Utara tetapi belum diamati di Eropa.

Setelah menginfeksi kulit hewan yang lemah, penyakit ini dapat menyebar ke jantung, paru-paru dan otak, yang menjelaskan perilaku disorientasi paus, kata prefektur tersebut. Ia menambahkan, penyakit itu tampak sangat lanjut dalam kasus ini dan mungkin menyebabkan paus menderita.

"Dalam kondisi ini, kelompok ahli menyimpulkan dengan suara bulat, satu-satunya solusi yang mungkin adalah menidurkan hewan itu untuk mengakhiri penderitaannya dan, juga, untuk melakukan analisis lanjutan dari penyakit yang dibawanya," tambah prefektur itu.

Diketahui, para ahli dari kantor keanekaragaman hayati Prancis (OFB) serta LSM Sea Shepherd, termasuk di antara para ahli yang terlibat dalam operasi penyelamatan yang gagal itu.