Bagikan:

JAKARTA - Perisitiwa langka terjadi di sekitar Taman Wisata Perairan (TWP) Anambas. Kawanan paus pembunuh atau orca berjumlah tujuh ekor terlihat berenang bebas di perairan luas tersebut.

Momen itu menjadi viral di media sosial. Hasil penelusuran tim Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru–Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), video itu direkam nelayan setempat pada 30 Maret.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Aryo Hanggono mengatakan, kemunculan paus ini mengindikasikan kualitas air di perairan Anambas sangat baik dan bisa dimanfaatkan sebagai pemasok sumber daya perikanan. Merujuk Kepmen KP No.37/KEPMEN-KP/2014, TWP Anambas merupakan wilayah perairan yang dikelola KKP.

"Dapat meningkatkan sumber daya perikanan sebagai sumber pangan. Sesuai dengan target SDGs 14 artinya Indonesia memiliki asset pangan yang baik," ucap Aryo dalam keterangan tertulis, Jumat 24 April.

Untuk itu, perairan Anambas harus dilindungi dan dijadikan kawasan konservasi. Sehingga, tak hanya sebagai sumber daya perikanan, kawasan tersebut juga bisa dijadikan lokasi wisata.

"Provinsi Kepulauan Riau sebaiknya mengalokasikan sebagian ruangnya untuk konservasi dan mewujudkan ke dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil (RZ WP3K)," kata Aryo.

Namun, mewujudkan rencana tersebut harus didukung dengan kerja sama dari Pemerintah Daerah (Pemda), peneliti dan NGO, serta masyarakat sekitar. 

Meski, semuanya akan sejalan dengan Perpres No 56 tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Taman Nasional dan Kawasan Perairan Nasional Tahun 2018-2025.

Paus orca di perairan Anambas (Foto: Humas Ditjen Pengelolaan Ruang Laut)

Perubahan iklim

Kemunculan paus pembunuh di perairan Anambas merupakan kabar baik. Tetapi, kemuculan kawanan mamalia itu bukan tanpa alasan. Peneliti Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Dharmadi mengatakan, perubahan iklim global menjadi salah satu alasan kemuculan kawanan paus tersebut.

Atau, perairan Anambas memiliki ketersediaan makanan bagi para paus orca tersebut. Sehingga, mereka bermigrasi mencari makan ke perairan tropis.

Keberadaan paus orca di perairan laut Indonesia bukanlah kali pertama. Sekitar tahun 2019, tepatnya Juli dan Desember, kawanan mamalia laut itu terlihat di Laut Sawu.

"Diduga pengaruh iklim global menyebabkan Orca mengalami disorientasi. Selain itu perairan Indonesia juga diketahui memiliki kelimpahan sumber daya ikan," ungkap Dharmadi.

Peneliti bidang oseanografi BRSDM KKP Widodo Pranowo menambahkan, mangsa dari paus orca merupakan ikan-ikan yang memerlukan lingkungan yang baik, dan memiliki banyak plankton.

Tetapi, berdasarkan konsentrasi khlorofil sesaat Laut Kepulauan Anambas pada tanggal 1-6 April 2020, diprediksi hanya mengandung sekitar 0,2 hingga 0,4 miligram per meter kubik.

"Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi khlorofil secara realita di Perairan Laut Anambas hanya menyediakan 20 persen dari teori yang ada," tandas Widodo.