Bagikan:

JAKARTA - Intelijen Amerika Serikat curiga kerja sama Arab Saudi-China dalam membangun industri bahan bakar nuklir dapat berkembang menjadi pembuatan senjata pemusnah massal. Saat ini mereka tengah meneliti untuk membuktikan adanya upaya-upaya tersebut. 

Beberapa pekan terakhir, menurut The New York Times agen mata-mata AS mengedarkan analisis rahasia tentang adanya upaya Arab Saudi yang bekerja sama dengan China untuk membangun industri bahan bakar nuklir. Kajian itu menimbulkan kekhawatiran kemungkinan adanya pemrosesan uranium mentah menjadi bahan bakar senjata.

Analisis tersebut juga mencurigai Riyadh, ibu kota Arab dijadikan situs nuklir. Namun pihak pemerintah Arab Saudi tidak pernah mengumumkan hal tersebut. 

Pihak intelijen AS mengatakan bahwa upaya Arab Saudi di bidang nuklir masih dalam tahap awal. Analis intelijen masih belum bisa menarik kesimpulan tegas tentang situs nuklir mana sja yang akan diawasi. Bahkan jika Arab Saudi telah memutuskan untuk mengejar program nuklir militer, hal tersebut akan memakan waktu bertahun-tahun untuk memiliki kemampuan menghasilkan satu hulu ledak nuklir.

Tak dapat dipungkiri bahwa Arab Saudi bertekad untuk mengimbangi Iran yang telah meningkatkan senjata nuklir sejak Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran. Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada 2018 berjanji pemerintahannya akan mencoba mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir jika Iran melanjutkan pekerjaannya.

Kajian AS terhadap program nuklir Arab memang tidak main-main. Dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) otorisasi anggaran intelijen AS, terdapat kewajiban untuk menyerahkan laporan tentang upaya Arab Saudi untuk mengembangkan nuklir sejak 2015. Hal itu jelas mengindikasikan kecurigaan mereka.

Nuklir Arab

Arab Saudi dan China telah mengumumkan secara terbuka sejumlah proyek nuklir bersama dengan tujuan membantu produsen minyak terbesar di dunia mengembangkan program energi nuklir atau menjadi eksportir uranium. Otoritas intelijen AS mencari bukti selama puluhan tahun bahwa Arab Saudi berusaha menjadi negara berkekuatan nuklir. 

Negara Minyak tersebut juga telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mengembangkan program nuklir sipil dan memiliki kemitraan dengan Argentina untuk membangun reaktor. Tetapi mereka menolak batasan kemampuannya untuk mengontrol produksi bahan bakar nuklir. 

BACA JUGA:


- https://voi.id/berita/10465/memetakan-dampak-ledakan-beirut-yang-terasa-hingga-siprus

- https://voi.id/bernas/10392/ledakan-ledakan-besar-akibat-amonium-nitrat-yang-pernah-terjadi-sejak-1921

- https://voi.id/berita/10408/ledakan-dahsyat-di-libanon-menjelang-peringatan-75-tahun-pengeboman-hiroshima-dan-nagasaki

[/see-also]

Secara sistematis, Arab Saudi mulai memiliki keterampilan teknik nuklir dan pembuatan rudal balistik. Hal tersebut yang memposisikan Arab Saudi mampu mengembangkan senjata sendiri, jika memiliki keputusan tersebut. 

Pihak intelijen AS menyatakan bahwa mereka khawatir tindakan seperti itu dapat menghasilkan perlombaan senjata nuklir yang lebih luas dan tidak stabil di Timur Tengah. Sejauh ini, Israel adalah satu-satunya negara pemilik senjata nuklir di kawasan itu, status yang tidak pernah dikonfirmasi secara resmi.