JAKARTA - Rusia dan Iran kompak menyoroti masalah nuklir Israel usai pernyataan salah satu menterinya, menginginkan pengawas nuklir PBB segera mengambil tindakan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Hari Minggu memberhentikan Menteri Warisan Budaya Amihay Eliyahu, usai pernyataannya mengenai opsi penggunaan senjata nuklir dalam perang di Jalur Gaza, Palestina.
"Itu salah satu caranya," kata Eliyahu dalam sebuah wawancara di raido mengenai pilihan penggunaan nuklir, melansir Reuters 7 November.
Pernyataan itu pun menuai sorotan Rusia melalui Kementerian Luar Negeri, mengatakan itu menimbulkan banyak pertanyaan.
"Pertanyaan nomor satu adalah, apakah kita mendengar deklarasi resmi bahwa (Israel) memiliki senjata nuklir?" ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, dikutip dari TASS.
"Oleh karena itu, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah: Di mana organisasi internasional, di mana IAEA, dan di mana inspekturnya? lanjutnya.
Lebih jauh Zakharova mengatakan, pernyataan itu menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Tel Aviv menentang pembentukan zona bebas senjata nuklir di Timur Tengah.
Menurut diplomat tersebut, Amerika Serikat melakukan segala upaya untuk membantu Israel memperoleh senjata nuklir, dan memberikan dukungan penuh dalam hal ini.
"Jika program ini benar dan ada, di mana pengujiannya dilakukan, di tempat pengujian apa? Jelas, ternyata bukan di kawasan, lalu di mana? Dan bukankah Amerika Serikat berada di balik semua ini?" tanya Zakharova.
Sejatinya, pernyataan Eliyahu dalam wawancara dengan Radio Kol pada 5 November lalu telah ditepis kantor PM Benjamin Netanyahu dan dikritik negara-negara Liga Arab, seperti Qatar, Arab Saudi hingga Suriah.
Sementara, Menlu Iran Amir Abdollahian mengatakan, pernyataan tersebut merupakan indikasi kegagalan Israel.
"Pernyataan menteri rezim Israel yang menggunakan bom atom menunjukkan kekalahan nyata rezim melawan perlawanan," katanya, dikutip dari Tehran Times.
BACA JUGA:
"Dewan Keamanan PBB dan Badan Energi Atom Internasional harus mengambil tindakan segera dan tanpa henti untuk melucuti rezim barbar dan apartheid ini. Besok sudah terlambat. Tanggung jawab penuh atas genosida ini terletak pada Gedung Putih," tegasnya.
Dikatakan, Israel tidak secara terbuka mengakui bahwa mereka memiliki senjata nuklir, meskipun Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan Israel memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir.
"Pernyataan Eliyahu tidak didasarkan pada kenyataan. Israel dan IDF (militer) beroperasi sesuai dengan standar tertinggi hukum internasional untuk menghindari kerugian terhadap orang yang tidak bersalah. Kami akan terus melakukannya sampai kemenangan kami," kata kantor PM Netanyahu.