Bagikan:

JAKARTA - Myanmar harus bekerja sama dengan China untuk menjaga stabilitas di perbatasan, kata seorang pejabat Beijing pada Hari Senin, setelah pertempuran antara pasukan junta militer dengan kelompok perlawanan sipil pecah di perbatasan.

Pekan lalu, militer Myanmar yang berkuasa mengatakan pihaknya berusaha memulihkan ketertiban di dekat perbatasan, setelah aliansi tentara etnis minoritas yang berjuang untuk menentukan nasib sendiri melancarkan serangkaian serangan terkoordinasi terhadap sasaran junta.

"Myanmar diminta untuk bekerja sama dengan China untuk menjaga stabilitas di sepanjang perbatasan China-Myanmar, dengan sungguh-sungguh menjamin keselamatan nyawa dan harta benda penduduk perbatasan China, mengambil langkah-langkah efektif untuk memperkuat keamanan personel China," kata Asisten Menteri Luar Negeri China Nong Rong, melansir Reuters 6 November.

Sebelumnya, situs berita Asia Times melaporkan satu warga negara Tiongkok tewas dan beberapa lainnya terluka pada Hari Sabtu, ketika peluru yang ditembakkan oleh militer Myanmar melampaui sasarannya dan mengenai sisi perbatasan China.

Nong, yang mengunjungi Myanmar pada 3-5 November, mengatakan Beijing berharap Myanmar akan memulihkan stabilitas, mendukung semua pihak untuk menangani perbedaan dengan baik dan mencapai rekonsiliasi melalui dialog sesegera mungkin.

Meski dikecam dan dijatuhi sanksi oleh negara-negara Barat, junta militer Myanmar mendapat dukungan dari Rusia dan China. Beijing mengatakan, pihaknya mendukung Myanmar dalam mencari jalannya sendiri, mendesak masyarakat internasional untuk menghormati kedaulatan Negeri Seribu Pagoda.

Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan mereka mengikuti konflik di Myanmar dari dekat.

"Kami mendesak semua pihak untuk segera menghentikan pertempuran, menyelesaikan perbedaan secara damai melalui dialog dan konsultasi serta menghindari eskalasi," terang juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada konferensi pers rutin.

Selain masalah perbatasan, Nong dalam kunjungannya mendesak Myanmar untuk memperkuat keamanan institusi dan proyek China di Myanmar.

Ia juga mengunjungi jaringan pipa gas alam sepanjang 793 km, bagian dari infrastruktur dan jaringan energi Belt and Road Tiongkok, yang menghubungkan Pulau Ramree di pantai barat Myanmar dengan kota perbatasan Tiongkok Ruili di Provinsi Yunnan.

Diketahui, Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta militer pada Februari 2021 menggulingkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

Sementara, kelompok pemberontak pro-demokrasi di beberapa daerah telah bekerja sama dengan gerilyawan etnis minoritas, yang telah berkampanye selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar guna melawan kekuatan junta.