Bagikan:

JAKARTA - Presiden Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengutuk keras pembunuhan jurnalis Filipina, memerintahkan polisi melakukan penyelidikan untuk membawa para pelaku ke pengadilan.

Jurnalis Juan Jumalon yang dikenal dengan nama "DJ Johnny Walker" ditembak oleh penyerang tak dikenal, saat melakukan siaran dari rumahnya di sebuah kota Filipina selatan pada Minggu pagi waktu setempat, menurut pernyataan Persatuan Jurnalis Nasional Filipina (NUJP), mengutip laporan awal.

"Serangan terhadap jurnalis tidak akan ditoleransi dalam demokrasi kita. Mereka yang mengancam kebebasan pers akan menghadapi konsekuensi penuh atas tindakan mereka," tulis Presiden Marcos Jr. dalam unggahan di X, mengutip Reuters 5 November.

NJUP sebelumnya mengutuk pembunuhan tersebut, yang dikatakannya terekam dalam siaran langsung yang dilakukan Jumalon. Rumah sang jurnalis yang terletak di Calamba, Misamis Occidental berfungsi sebagai stasiun radionya.

Pembunuhan Jumalon menambah jumlah jurnalis yang terbunuh sejak Marcos menjabat pada Juni 2022 menjadi empat orang, serta menjadi 199 orang sejak tahun 1986. Angka tersebut termasuk 32 orang yang terbunuh dalam satu insiden pada tahun 2009.

Diketahui, Filipina merupakan salah satu negara dengan lingkungan media paling liberal di Asia. Namun, tetap menjadi salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, khususnya di provinsi-provinsinya.

Negara ini menempati peringkat kedelapan negara terburuk dalam hal mengadili pembunuh jurnalis, menurut Indeks Impunitas Global 2023 yang dirilis oleh Komite Perlindungan Jurnalis yang dikeluarkan minggu ini.