Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joe Biden mengatakan kepada rekannya Presiden Ferdinand Marcos Jr., komitmen Amerika Serikat untuk membela sekutunya kuat, termasuk di Laut China Selatan di mana Manila berada di bawah 'tekanan' China.

Sedangkan Presiden Marcos menekankan pentingnya Amerika Serikat sebagai satu-satunya sekutu perjanjian di kawasan, dengan "situasi geopolitik paling rumit di dunia saat ini."

Diketahui, kedua negara menegaskan kembali aliansi keamanan puluhan tahun mereka dalam perjalanan yang menandai perubahan dramatis dalam hubungan AS-Filipina, karena kedua negara mencari cara untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai tindakan China yang semakin agresif di dekat Taiwan dan di Laut China Selatan.

Pejabat AS mengatakan, para pemimpin akan menyepakati pedoman baru untuk kerja sama militer yang lebih kuat, serta meningkatkan kerja sama ekonomi.

"Amerika Serikat tetap teguh dalam komitmen kami untuk membela Filipina, termasuk Laut China Selatan," kata Presiden Biden kepada Presiden Marcos Jr., di Oval Office, Gedung Putih, melansir Reuters 2 Mei.

Sebuah pernyataan bersama mengatakan, ini berarti setiap serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal publik atau pesawat terbang di Pasifik, termasuk di Laut Cina Selatan, akan menimbulkan komitmen pertahanan timbal balik AS di bawah Perjanjian Pertahanan Bersama 1951.

Washington melihat Filipina sebagai kunci untuk setiap upaya untuk melawan invasi Taiwan oleh China, yang mengklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai wilayahnya sendiri.

Baru-baru ini, Manila setuju untuk mengizinkan Amerika Serikat mengakses empat pangkalan militernya lagi di bawah Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan, tetapi kedua belah pihak belum mengatakan aset apa yang akan ditempatkan AS di sana.

Pernyataan bersama itu juga mengatakan, para pemimpin "menegaskan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sebagai elemen tak terpisahkan dari keamanan dan kemakmuran global."

Sebelumnya, di bawah Rodrigo Duterte, pendahulu Presiden Marcos, hubungan dengan AS memburuk saat dia membuat Filipina menjauh dari mantan penguasa kolonialnya, sementara saat yang sama membangun hubungan yang lebih dekat dengan China.

Para pejabat AS mengatakan, pedoman baru itu berfokus pada koordinasi militer di darat, laut, udara, luar angkasa, dan dunia maya, sementara Pemerintah AS juga akan mentransfer tiga pesawat C-130 dan berupaya mengirim kapal patroli tambahan ke Filipina.

"Wajar bagi Filipina untuk melihat satu-satunya mitra perjanjiannya di dunia, untuk memperkuat dan mendefinisikan kembali hubungan yang kita miliki, serta peran yang kita mainkan dalam menghadapi ketegangan yang meningkat yang kita lihat sekarang di sekitar China Selatan, kawasan Asia Pasifik dan Indo-Pasifik," sebut Presiden Marcos Jr.

Diketahui, pertemuan tersebut adalah inti dari kunjungan empat hari Presiden Marcos Jr. yang dimulai pada Hari Minggu.

Presiden Marcos Jr., mencari hubungan hangat dengan Amerika Serikat dan China, yang bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Indo-Pasifik. Pernyataan bersama Presiden Biden - Presiden Marcos Jr. tidak menyebutkan nama pemerintah China.

Para ahli mengatakan Washington menganggap Filipina sebagai lokasi potensial untuk roket, rudal dan sistem artileri untuk melawan serangan amfibi China di Taiwan.

Namun, Presiden Marcos Jr. mengatakan kepada wartawan di pesawatnya, China telah setuju untuk membahas hak penangkapan ikan di Laut China Selatan dan juga bahwa dia tidak akan membiarkan Filipina menjadi "pos persiapan" untuk aksi militer.

Pernyataan tersebut juga mengatakan, kedua negara berharap untuk menjalin kerja sama trilateral dengan Jepang dan Australia.