Iran: Amerika Serikat Cabut Semua Sanksi, Pengayaan Uranium Baru Berhenti
Fasilitas nuklir Bushehr milik Iran. (Tasnim News Agency Hossein Heidarpour via Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Iran belum berencana menghentikan program pengayaan uranium miliknya yang kini sudah mencapai tahap 20 persen, sebelum Amerika Serikat mencabut semua sanksi terhadap negara tersebut.

Ini disampakan TV pemerintah Iran, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya, Selasa 30 Maret waktu setempat. Komentar ini datang, setelah media Amerika Serikat menyebut Washington akan menawarkan proposal dialog baru. 

"Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Press TV, Teheran akan menghentikan pengayaan uranium 20 persen, hanya jika Amerika Serikat mencabut semua sanksi terhadap Iran terlebih dahulu," kata Press TV yang dikelola pemerintah di situsnya, seperti dilansir Reuters

"Pejabat itu mengatakan, Teheran akan mengurangi komitmennya di bawah Kesepakatan Nuklir 2015, jika Amerika Serikat tidak mencabut semua sanksi, memperingatkan bahwa Washington dengan cepat kehabisan waktu," tambah pernyataan tersebut.

Diketahui, Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berusaha untuk melibatkan Iran untuk melanjutkan pembicaraan kedua belah pihak untuk melanjutkan kepatuhan dengan kesepakatan, sanksi ekonomi terhadap Iran akan dihapus, sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir.

Media Amerika Serikat Politico menyebut, proposal yang rinciannya masih dimatangkan, akan meminta Iran untuk menghentikan beberapa kegiatan nuklirnya. Seperti, mempercanggih teknologi sentrifugal yang dimiliki, hingga pengayaan uranium untuk mencapai kemurnian 20 persen. Imbalannya, Amerika Serikat akan mencabut sejumlah sanksi. 

Iran dijatuhi sanksi saat Presiden Amerika Serikat dijabat Donald Trump, setelah pada tahun 2018 Negeri Paman Sam keluar dari kesepakatan nuklir bersama tahun 2015. Iran membalas dengan melangagr sejumlah pembatasan dalam kesepakatan. 

Peluang menghidupkan kembali kesepakatan sebelum Pilpres Iran pada Juni mendatang mengecil, seiring dengan Iran yang memilih untuk mengambil sikap lebih tegas sebelum kembali ke perundingan.