JAKARTA - Otoritas Iran menuduh musuh bebuyutannya Israel atas sabotase yang terjadi di fasilitas nuklir Natanz miliknya. Iran berjanji akan membalas dendam atas serangan ini.
Melansir Nournews Iran, Reuters menyebut orang yang menyebabkan pemadaman listrik di salah satu ruang produksi di pabrik pengayaan uranium bawah tanah telah teridentifikasi.
Otoritas Iran menggambarkan penyerangan terhadap fasilitas nuklir Natanz mereka, sebagai tindakan 'terorisme nuklir'. Mereka mengatakan Teheran berhak untuk mengambil tindakan terhadap para pelaku.
Pada Hari Senin, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif secara eksplisit menyalahkan Israel.
"Zionis ingin membalas dendam karena kemajuan kami dalam cara mencabut sanksi. Kami tidak akan jatuh ke dalam perangkap mereka. Kami tidak akan membiarkan tindakan sabotase ini mempengaruhi pembicaraan nuklir," kata Zarif dikutip oleh televisi pemerintah.
"Tapi kami akan membalas dendam terhadap Zionis," tegasnya
Beberapa media Israel mengutip sumber-sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan, dinas mata-mata Israel, Mossad, berhasil melakukan operasi sabotase di kompleks bawah tanah Natanz, yang berpotensi menghentikan pekerjaan pengayaan di sana selama berbulan-bulan.
Sementara itu, Kepala Energi Nuklir Iran Ali Akbar Salehi mengatakan, sistem tenaga darurat telah diaktifkan di Natanz untuk mengimbangi pemadaman. Pengayaan uranium belum berhenti di situs.
Israel, yang keberadaannya tidak diakui Iran, belum secara resmi mengomentari insiden tersebut. Namun, Perdana Menteri Netanyahu dan Kepala Staf Militer Israel Letjen Aviv Kochavi tersirat menyinggung masalah ini.
"Perjuangan melawan Iran, proksi dan upaya persenjataan Iran adalah misi besar. Situasi yang ada hari ini belum tentu akan menjadi situasi yang akan ada besok," kata Netanyahu didampingi oleh Menteri Pertahanan Benny Gantz dan seorang komandan senior, melansir CNN.
Ada pun Kepala Staf Militer Israel Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan, tidak seluruh operasi yang dilakukan oleh Israel di Timur Tengah bisa disembunyikan dari mata musuh.
"Mereka mengawasi kami, melihat kemampuan dan dengan hati-hati mempertimbangkan langkah-langkah mereka," singkat Kochavi
BACA JUGA:
Insiden penyerangan fasilitas ini terjadi di tengah upaya diplomatik oleh Iran dan Amerika Serikat untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015, yang melibatkan negara-negara dengan kekuatan nuklir.
Pekan lalu, Iran dan kekuatan global mengadakan apa yang mereka gambarkan sebagai pembicaraan 'konstruktif', untuk menyelamatkan kesepakatan yang hancur karena Iran melanggar batas, sebagai reaksi atas sanksi yang dijatukan Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump.