Bagikan:

JAKARTA - Taiwan tidak akan memulai perang dengan China tetapi akan mempertahankan diri 'penuh', kata Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng pada Hari Kamis, di tengah lonjakan ketegangan di Selat Taiwan yang telah menimbulkan kekhawatiran internasional.

Taiwan, produsen semikonduktor utama, telah berulang kali mengatakan akan membela diri jika diserang, tetapi tidak akan 'maju dengan gegabah' dan ingin mempertahankan status quo dengan China.

"Yang paling jelas adalah, Republik China (Taiwan) sama sekali tidak akan memulai atau memicu perang. Tetapi jika ada gerakan, kami akan menghadapi musuh sepenuhnya," tegas Chiu dalam rapat komite parlemen, menggunakan nama resmi Taiwan, mengutip Reuters 14 Oktober.

Ketegangan militer dengan China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, adalah yang terburuk dalam lebih dari 40 tahun, kata Chiu pekan lalu, menambahkan China akan mampu melakukan invasi 'skala penuh' pada tahun 2025.

Komentarnya datang setelah angkatan udara China melakukan serangan massal empat hari berturut-turut ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan sejak 1 Oktober, bagian dari pola yang dilihat Taipei sebagai peningkatan pelecehan militer oleh Beijing.

Tidak ada tembakan yang dilepaskan dan pesawat China berada jauh dari wilayah udara Taiwan, memusatkan aktivitas mereka di sudut barat daya zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Kementerian tersebut, dalam sebuah laporan kepada parlemen menjelang penampilan Chiu di hadapan anggota parlemen, memperingatkan China tentang tindakan balasan yang tegas, jika tentara Beijing terlalu dekat dengan pulau itu.

Menhan Taiwan Chiu setuju dengan penilaian dari seorang anggota parlemen, kemampuan China dibatasi oleh kapasitas pengisian bahan bakar di udara yang terbatas, yang berarti hanya memiliki pesawat pengebom H-6 dan pesawat anti-kapal selam dan pengintai Y-8 yang terbang ke Selat Bashi yang memisahkan Taiwan dari Filipina.

Kendati demikian, prajurit China terus lebih dekat ke pantai China, menurut peta aktivitas mereka yang dibuat oleh kementerian Chiu.

"Tujuan mereka di satu sisi untuk menekan Taiwan, dan di sisi lain untuk mengatakan kepada semua orang bahwa kami memiliki kemampuan untuk menakut-nakuti dan menghalangi pasukan militer asing untuk terlibat," paparnya.

Terpisah, China pada Hari Rabu menyebut kegiatan militernya sebagai langkah 'adil' untuk melindungi perdamaian dan stabilitas, dan sekali lagi menyalahkan 'kolusi' Taiwan dengan pasukan asing, merujuk terselubung ke Amerika Serikat, untuk menabur ketegangan.

Sementara, Kedutaan Besar China di Washington kemarin mengeluh kepada Pemerintah Amerika Serikat, tentang pertemuan antara duta besar de facto Taiwan untuk negara itu dan diplomat senior AS, terkait kunjungan komandan tentara Taiwan, Hsu Yen-pu ke Amerika Serikat.

"AS seharusnya tidak berfantasi (tentang) mencari dukungan dan kerja sama dengan China, sementara dengan sembarangan menantang garis merah China pada pertanyaan Taiwan," kritiknya.