JAKARTA - Gedung Putih menyebut melintasnya dua kapal perang Amerika Serikat di Selat Taiwan pada Hari Minggu sudah lama direncanakan, mengatakan konsisten dengan kebijakan mereka tentang satu China.
Angkatan Laut AS membenarkan laporan kapal penjelajah rudal USS Chancellorsville (CG-62) dan USS Antietam (CG-54) melintasi kawasan tersebut, seperti dilansir dari Reuters 29 Agustus.
Operasi semacam itu biasanya memakan waktu delapan hingga 12 jam untuk diselesaikan dan diawasi secara ketat oleh militer China.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, melintasnya dua kapal perang mereka melalui perairan internasional di Selat Taiwan, "sangat konsisten" dengan "kebijakan satu China" Amerika Serikat, konsisten mencari kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
"Ini sudah direncanakan sejak lama," kata John Kirby di CNN.
Dalam beberapa tahun terakhir, kapal perang AS, dan kadang-kadang kapal-kapal dari negara-negara sekutu seperti Inggris dan Kanada, secara rutin berlayar melalui selat itu, memicu kemarahan China yang mengklaim Taiwan menentang keberatan pemerintahnya yang terpilih secara demokratis.
Pelayaran ini juga menjadi yang pertama, setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan awal bulan ini.
Itu membuat marah China yang melihatnya sebagai upaya AS untuk ikut campur dalam urusan internalnya. China kemudian meluncurkan latihan militer di dekat pulau yang sejak itu terus berlanjut.
"Kapal-kapal (AS) ini transit melalui koridor di selat yang berada di luar laut teritorial negara pantai mana pun," sebut Angkatan Laut AS.
Sementara, Komando Teater Timur militer China mengatakan, mereka mengikuti kapal-kapal itu dan memperingatkan mereka.
"Pasukan di teater tetap siaga tinggi dan siap untuk menggagalkan provokasi kapan pun," tegas komando tersebut dalam sebuah pernyataan.
Adapun Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, kapal-kapal itu berlayar ke arah selatan dan mengamati situasi.
Selat Taiwan yang sempit sering menjadi sumber ketegangan militer, sejak pemerintah Republik China melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah perang saudara dengan komunis, yang mendirikan Republik Rakyat China.
BACA JUGA:
Diketahui, Amerika Serikat tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetapi terikat oleh hukum untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.
Sedangkan China tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan, untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya.