JAKARTA - Tiga warga sipil tewas dalam pertempuran sengit antara militer Myanmar dengan Kachin Independence Army (KIA) di Kotapraja Momauk, Negara Bagian Kachin, Senin 12 April.
Korbannya adalah seorang wanita berusia 83 tahun, seorang pria berusia 23 tahun dan seorang wanita berusia 21 tahun dari tiga desa yang berbeda.
"Mereka bentrok sepanjang malam dari pukul 11 malam kemarin hingga pagi ini. Peluru artileri jatuh ke desa-desa dan penduduk desa tewas. Rumah dan biara diserang. Tiga orang tewas. Dua rumah diledakkan dan jendela-jendela pecah di tempat lain," kata seorang penduduk desa Myothit, melansir The Irrawadday, Selasa 13 April.
Peluru artileri ditembakkan oleh militer Myanmar setelah pasukan KIA menggerebek pos polisi dan pos militer pada Minggu malam, menurut penduduk.
Dua orang tewas seketika oleh tembakan artileri dan pria berusia 21 tahun itu tewas kehabisan darah pada Senin pagi. Penduduk desa mengatakan pertempuran masih berlangsung pada Senin siang.
"KIA menduduki pos polisi di Jembatan Tarpein. Kami juga menggerebek pos militer yang sedang membangun menara komunikasi. Pasukan Junta memberikan dukungan artileri untuk pos-pos terdepan yang diserang. Peluru artileri mendarat di desa-desa. Saya mendengar warga sipil diserang, tapi saya tidak tahu detailnya," terang petugas informasi KIA Kolonel Naw Bu.
Lebih jauh diterangkan Kolonel Naw Bu, KIA hanya menyita amunisi dari dua pos terdepan dan tidak mencoba untuk menduduki mereka secara permanen. Selain itu, bentrokan juga terjadi di dekat Bukit Alaw di Momauk, tempat Batalyon 30 KIA ditempatkan.
Batalyon etnis bersenjata itu merebut bukit dekat perbatasan China dari militer Myanmar pada 25 Maret. Militer telah berusaha merebut kembali bukit itu selama tiga hari terakhir.
"Mereka telah melakukan serangan udara dengan jet tempur empat kali pagi ini. Mereka masih menembak. Jauh dari desa dan tidak ada warga sipil di sana. Mereka bertarung dengan sengit. Kami berusaha mempertahankan kendali atas bukit tersebut," papar Kolonel Bu.
Penduduk desa telah meminta kedua belah pihak untuk menghindari sasaran warga sipil serta rumah tempat mereka tinggal.
Sebelumnya, KIA memutuskan untuk kembali mengangkat senjata melawan rezim militer Myanmar, setelah dua tahun menjalani masa gencatan senjata. Ketegangan meningkat setelah dua warga sipil ditembak mati dalam tindakan keras oleh pasukan rezim militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa antikudeta di ibu kota Kachin, Myitkyina, pada 8 Maret.
Tiga hari setelah pembunuhan Myitkyina, KIA menggerebek pos militer di pusat penambangan batu giok, Hpakant, dan sejak itu melakukan serangkaian serangan terhadap pos polisi dan militer di kota-kota Waingmaw, Bhamo, Namtu, Hpakant, Mogaung dan Shwegu. Sebagai balasan, militer juga menyerang kamp KIA dengan artileri dan membom batalyon 11 dan 14 KIA pada 29 Maret.
BACA JUGA:
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.