JAKARTA - Rezim militer Myanmar melancarkan serangan udara ke wilayah kekuasaan etnis bersenjata Karen National Union (KNU), Minggu 28 Maret sebagai balasan atas serangan terhadap sejumlah markas pasukan rezim militer Myanmar.
Lebih dari 3.000 penduduk desa dari distrik Mutraw (Hpapun) negara bagian Karen meninggalkan rumah mereka pada Hari Minggu, menyusul serangkaian serangan udara militer Myanmar, menurut sumber lokal.
“Beberapa melarikan diri ke Thailand, beberapa ke hutan. Mereka mendengar desas-desus bahwa lebih banyak jet tempur akan datang pada malam hari," kata seorang penduduk desa yang tinggal di dekat kamp pengungsi internal (IDP) Ei Tu Hta, yang terletak di perbatasan Thailand-Myanmar, melansir Myanmar Now.
Ada lebih dari 2.400 pengungsi di kamp Ei Tu Hta, sementara 5.000 lainnya tinggal di sepanjang tepi sungai Salween, yang memisahkan Myanmar dan Thailand.
Penduduk desa melarikan diri setelah angkatan bersenjata militer Myanmar, melancarkan serangan udara di dekat Kho Kay dan desa lain di daerah itu sekitar pukul 3 sore pada hari Minggu. Sumber mengatakan tidak ada korban yang dilaporkan di Kho Kay. Tetapi, situasi di desa lain tidak jelas karena layanan internet dan telepon terputus pada saat penyerangan.
Serangan itu terjadi setelah pasukan dari Brigade 5 etnis bersenjata KNU menyerbu pangkalan militer Myanmar Thee Mu Hta pada Sabtu pagi, menangkap sedikitnya delapan tentara.
"Militer melancarkan dua serangan udara pada Hari Minggu, pertama pada jam 8 malam dan kedua pada jam 11:30 malam," kata seorang pejabat KNU.
DVB, outlet berita lokal, melaporkan bahwa tiga penduduk desa tewas sementara tujuh lainnya luka berat dalam serangan pada hari Sabtu. Serangan yang dilakukan militer Myanmar, juga membuat warga menggali lubang-lubang perlindungan dari serangan udara yang dilancarkan.
Hingga kemarin, jumlah korban tewas akibat kudeta miiter Myanmar sejak 1 Februari lalu mencapai 459 orang, menurut data Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) seperti dilansir Reuters.
BACA JUGA:
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.