JAKARTA - Etnis bersenjata Kachin Independence Army (KIA) kembali terlibat kontak senjata dengan pasukan rezim militer Myanmar. Tidak hanya di satu lokasi, serangan dilakukan disejumlah lokasi sejak Minggu malam hingga Senin malam.
Kontak senjata kali ini antara lain terjadi di Desa Lone Khin, Kotapraja Hpakant, Kachin. Prajurit KIA menyerang sebuah pos polisi di Maden Yang. Jumlah korban masih belum diketahui.
"Kami mendengar tembakan dan ledakan sampai jam 9 malam. Warga berencana mengungsi dari rumah mereka karena baku tembak terdengar setiap malam baru-baru ini," kata seorang penduduk setempat, melansir The Irrawaddy, Rabu 21 April.
Sementara itu, Batalyon 6 KIA melancarkan serangan terhadap pos terdepan Divisi 33 militer Myanmar di Kotapraja Hpakant. Pada Minggu malam dan Senin pagi, mereka menyerang dua pos militer di dekat desa Gensi di desa Lone Khin dan desa Aungbarlay, menurut penduduk setempat.
"Militer Myanmar membalas dengan jet tempur sekitar pukul 09.00 pagi ini dan penduduk dari Gensi dan Aungbarlay harus melarikan diri. Sekitar 1.000 orang dari kedua desa sudah mengungsi," kata seorang warga Gensi.
Penduduk setempat mengatakan, etnis bersenjata KIA menduduki dua pos militer itu pada Senin pagi. Petugas informasi KIA Kolonel Naw Bu mengkonfirmasi pertempuran kelompok bersenjata yang sedang berlangsung dengan militer Myanmar di Hpakant, tetapi mengatakan dia tidak dapat menghubungi komandan di lapangan dan karenanya tidak mengetahui rincian yang tepat.
"Belakangan ini, sebagai langkah pencegahan, pasukan kami di garis depan merebut pos-pos militer tergantung situasi. Markas besar tidak menginstruksikan mereka untuk menduduki pos ini atau itu. Para komandan di lapangan menilai situasi dan memutuskan pos terdepan mana yang akan diserang. Terutama, kami fokus untuk merebut kembali pos-pos terdepan yang sebelumnya kami dikalahkan militer," kata Kolonel Naw Bu.
Dua pangkalan yang diserang KIA pada hari Minggu dan Senin sebelumnya adalah pos terdepan Batalyon 6 KIA. Militer Myanmar merebut kedua pos tersebut pada tahun 2016 silam.
Menyusul kudeta 1 Februari, KIA meminta Komando Utara rezim militer Myanmar untuk tidak menyakiti orang-orang Kachin yang melakukan unjuk rasa damai antikudeta.
Tetapi ketegangan meningkat setelah dua warga sipil ditembak mati dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan terhadap pengunjuk rasa anti-rezim di ibu kota Kachin, Myitkyina, sebulan kemudian.
Sejak itu, KIA telah melakukan serangkaian serangan terhadap polisi dan pos-pos militer di kota kecil Injangyang, Momauk, Namtu, Hpakant, Tanai dan Shwegu. KIA juga menduduki pangkalan strategis Alaw Bum di dekat perbatasan dengan China.
BACA JUGA:
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.