Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 30 tentara rezim militer Myanmar dilaporkan tewas dalam dua baku tembak dengan pasukan perlawanan sipil di kotapraja Kani dan Yinmabin, Wilayah Sagaing, Selasa 22 Juni.

Mengutip The Irrawaddy Rabu 23 Juni, sekitar 1.000 pejuang perlawanan sipil yang menggunakan senapan rakitan, menyerang sekitar 60 tentara rezim militer Myanmar yang ditempatkan di desa Tayaw Kyin di samping Jalan Raya Monywa-Kalaywa. Desa ini berada di dekat perbatasan kotapraja Kani dan Yinmabin di Wilayah Sagaing.

"Selama baku tembak enam jam, sekitar 10 tentara junta tewas, seorang penduduk desa yang terlibat dalam pertempuran mengatakan kepada The Irrawaddy.

Menguasai dan mengurung wilayah, pasukan perlawanan lainnya dari dua kotapraja juga menyergap sekitar 60 bala bantuan tentara rezim militer dari Monywa yang melakukan perjalanan ke desa Tayaw Kyin untuk membantu rekan-rekan mereka yang kalah.

Selain itu, lima ranjau darat yang dipasang oleh pasukan perlawanan di jalan raya Monywa-Kalaywa antara desa Tayar Kyin dan Bant Bway, juga memakan korban tentara militer Myanmar.

"Sekitar 15 sampai 20 tentara junta tewas", menurut saksi mata. Sebagai pembalasan, aparat keamanan membakar sekitar delapan rumah di dekat Bant Bway.

Sehari kemudian, lebih dari 100 tentara bala bantuan junta didatangkan untuk melakukan pengejaran terhadap pasukan perlawanan sipil, termasuk ke hutan di dekat desa-desa.

"Mereka menggeledah semua rumah di samping jalan raya dan hutan. Mereka melepaskan tembakan secara acak," ungkap seorang anggota perlawanan sipil.

Lebih dari seribu warga sipil di Kotapraja Kani telah meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pertempuran dan serangan rezim.

Terpisah, dua petugas polisi rezim dilaporkan tewas oleh perlawanan sipil Pasukan Gerilya Nol selama penggerebekan di sebuah pos polisi di Kotapraja Nagzon Wilayah Mandalay pada Selasa malam.

Seorang anggota kelompok mengatakan kepada The Irrawaddy pada Hari Rabu, sekitar 25 pejuang menyerbu pos terdepan Min Nay Gon di Kotapraja Nganzon pada Selasa malam.

Selama baku tembak 20 menit, dua petugas, termasuk seorang kapten polisi, tewas dan pejuang perlawanan berhasil mundur tanpa korban, kata sumber itu. Namun, The Irrawaddy tidak dapat secara independen mengkonfirmasi korban polisi.

"Kami adalah kekuatan untuk melawan ketidakadilan. Kami tidak akan pernah menerima rezim militer. Kami telah bersumpah untuk melawan segala sesuatu yang berhubungan dengan junta," tutur anggota tersebut.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.