Jadi Buronan Rezim Militer Myanmar, Lelang Ukulele <i>Rocker</i> Kyar Pauk untuk Perjuangan Pecahkan Rekor Dunia
Tampilan ukulele milik rocker Myanmar Kyar Pauk yang berhasil memecahkan rekor dunia. (Sumber: Kyar Pauk via coconuts.co)

Bagikan:

JAKARTA - Kyar Pauk, vokalis dari band rock populer Myanmar Big Bag, telah menjual ukulele yang dihiasnya seharga 27.500 dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp387.145.000, dalam sebuah lelang yang semua hasilanya digunakan untuk membantu Pemerintah Persatuan nasional sipil melawan rezim militer Myanmar.

Harga tersebut memecahkan rekor sebagai ukulele termahal di dunia. Diselenggarakan secara online, lelang ukulele dengan gambar yang dibuat langsung oleh Kyar Pauk tersebut dimulai dari angka 1.000 dolar AS pada Sabtu, naik menjadi 10.000 dolar AS setelah kurang dari 12 jam dan terus meningkat hingga ditutup.

Pada Minggu malam, ukulele itu menjadi yang paling mahal yang pernah dijual, mengalahkan salah satu gitar kecil yang dibuat oleh John D'Angelico, pembuat instrumen terkenal dari New York, yang dijual seharga 26.000 dolar AS.

"Selamat kepada bro yang menang dengan tawaran tertinggi. Terima kasih atas cinta Anda pada bangsa dan apresiasi seni. Terima kasih juga kepada semua penawar yang menaikkan harga dan bersaing dalam penawaran," tulis Kyar Pauk di Facebook, mengutip The Irrawaddy 18 Oktober. Tawaran tertinggi kedua untuk ukulele tersebut mencapai 27.222 dolar AS.

kyar pauk
Rocker Kyar Pauk bersama ukulele termahal di dunia. (Twitter/@khunsetthar)

Untuk diketahui, surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Kyar Pauk, juga dikenal sebagai Han Htue Lwin, pada Bulan April karena dugaan keterlibatan dalam kegiatan unjuk rasa anti-rezim.

Penyanyi yang bersembunyi ini masih menemukan cara untuk melawan rezim. Dia merilis podcast tentang acara perlawanan untuk membuat orang tetap termotivasi tanpa memberi mereka "harapan palsu".

Baru-baru ini dia mengatakan kepada The Irrawaddy: "Tidak masalah jika mereka menghalangi pandangan saya dengan satu atau lain cara, atau apakah lagu saya tidak diizinkan untuk dinyanyikan di atas panggung atau ditayangkan di radio. Kita harus memikirkan seberapa sering kita berbicara melalui platform kita sendiri. Itu kuncinya."

Rezim militer Myanmar telah melarang pertunjukan, penyiaran atau penerbitan karya seniman yang ditahan atau dicari karena penentangan mereka terhadap rezim.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.