JAKARTA - Australia telah kehilangan sekitar 30 persen koala selama tiga tahun terakhir, akibat kekeringan, kebakaran hutan hingga pembabatan pohon oleh pengembang, menurut Yayasan Koala Australia, mendesak pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi habitat makhluk itu.
Kelompok nirlaba independen memperkirakan populasi koala telah turun menjadi kurang dari 58 ribu tahun ini, dari sebelumnya lebih dari 80 ribu yang terdata tahun 2018, dengan penurunan terburuk di negara bagian New South Wales, di mana jumlahnya turun 41 persen.
"Penurunannya cukup dramatis," kata Ketua Yayasan Koala Australia Deborah Tabart, Selasa, 21 September mengutip Reuters.
Tidak ada tren kenaikan di mana pun di Australia. Hanya satu daerah dalam penelitian yang diperkirakan memiliki lebih dari 5.000 koala, dan beberapa daerah diperkirakan memiliki sedikitnya lima atau 10 ekor koala.
Tabart mengatakan, Negeri Kangguru tersebut membutuhkan undang-undang perlindungan koala.
"Saya hanya berpikir tindakan sekarang sangat penting. Saya tahu itu mungkin terdengar seperti kisah kelangkaan dan kehancuran yang tak ada habisnya, tetapi angka-angka ini benar. Mereka mungkin lebih buruk," tuturnya.
Penurunan di New South Wales kemungkinan dipercepat setelah sebagian besar hutan hancur akibat kebakaran hutan pada akhir 2019 dan awal 2020, tetapi beberapa daerah tersebut sudah tidak memiliki koala.
"Yang kami khawatirkan adalah tempat-tempat seperti bagian barat New South Wales di mana kekeringan selama sepuluh tahun terakhir baru saja memiliki efek kumulatif, sistem sungai benar-benar kering selama bertahun-tahun, sungai gum merah, yang merupakan sumber kehidupan koala, mati," paparnya.
Pemerintah Australia pada Bulan Juni menyerukan pendapat publik tentang rencana pemulihan nasional untuk New South Wales, Queensland dan Wilayah Ibu Kota Australia di sekitar Canberra.
Dan apakah status perlindungan spesies koala yang terancam harus dinaikkan dari "rentan" menjadi "terancam punah". Komentar tentang rencana pemulihan dijadwalkan pada Hari Jumat.
BACA JUGA:
Selain dampak kekeringan dan kebakaran, pembukaan lahan oleh pengembang properti dan pembangun jalan telah menghancurkan habitat hewan berkantung yang ikonik itu.
"Saya pikir semua orang mengerti, kita harus berubah. Tapi jika buldoser itu terus bekerja, maka saya sangat takut pada koala," pungkas Tabart.