JAKARTA - Tenggat pembayaran pinjaman 83 juta dolar AS dari perusahaan properti terbesar kedua di China, Evergrande, akan jatuh tempo pada Kamis, 23 September 2021 telah memicu ketidakpastian global.
Sikap dingin bank sentral China untuk membantu menanggulangi persoalan tersebut membuat keadaan semakin tidak menentu.
Pemilik sekaligus pendiri Evergrande, Hui Ka Yan, disebutkan telah membuat surat terbuka kepada karyawannya dan juga bagi pelaku pasar dengan mengatakan “akan segera keluar dari situasi tergelap ini.”
Meski demikian, pernyataan itu tidak disambut hangat. Bahkan, media setempat menyebut Hui Ka Yan sedang mengalami situasi ‘delusi’ karena perusahaan menanggung beban utang hingga 300 miliar dolar AS atau sekitar Rp4.200 triliun.
Sebelum awan kelam merundung Evergrande, Hui Ka Yan dikenal sebagai pengusaha dengan kesuksesan besar.
Dia lahir provinsi di Hena, China Barat pada 1958. Ayahnya merupakan seorang tentara nasional yang berjuang melawan Jepang. Sementara ibunya diketahui meninggal sebelum Hui berusia satu tahun yang membuatnya diasuh oleh sang nenek.
Hui muda dikenal sebagai pekerja keras. Dia melakoni profesi pertama sebagai supir traktor. Kemudian Hui beralih menjadi karyawan di pabrik semen.
Pada 1970, dia lantas mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan di salah satu universitas di Wuhan. Setelah menyelesaikan masa studi, Hui lalu bekerja pada sebuah pabrik baja.
Disinilah kemudian dia memperdalam pengetahuan praktis untuk kemudian berinisiatif mendirikan Evergrande pada 1997.
Setelah satu dekade berkembang, perusahaan Hui melepas saham perdana ke lantai bursa. Dari informasi yang dihimpun redaksi, aksi korporasi Evergrande tersebut sukses meraup 722 juta dolar AS di tahun 2009.
Setelah momentum itu, kiprah Evergrande di ranah properti semakin hebat. Bahkan pada 2018, Brand Finance menempatkan Evergrande sebagai salah satu perusahaan perumahan paling berharga di dunia.
BACA JUGA:
Bak gayung bersambut, si empunya yaitu Hui Ka Yan, masuk dalam daftar elit orang paling kaya di dunia urutan ke-53 versi Forbes. Prestasi itu mengerek status Hui sebagai manusia paling tajir ke-10 di seantero China.
Seperti kebanyakan orang kaya di dunia, Hui tertarik untuk berinvestasi di berbagai bidang. Dia tercatat membenamkan modal untuk pengembangan mobil listrik, hingga menjadi pemilik klub Guangzhou Football Club.
Kiprah Hui pun menggurita hingga ke bidang politik. Dia disebut menjadi salah satu penasihat penting dalam pemerintahan yang berkuasa saat ini.
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak. Hari ini, Hui Ka Yan menghadapi dilema pelik untuk menyelamatkan kerajaan bisnisnya.
Ditengarai, sumber masalah berpangkal dari kewajiban perusahaan untuk segera melunasi pinjaman alias utang. Apabila Hui tidak segera melakukan langkah strategis, maka setidaknya 200.000 karyawan Evergrande Group akan menjadi pihak pertama yang merasakan dampak keruntuhan bisnis yang dibangun pada penghujung 90-an tersebut. Pun demikian dengan proyeksi pasar keuangan dunia.