Bagikan:

JAKARTA - Penarikan mundur Amerika Serikat (AS) yang kacau dari Afghanistan, menimbulkan pertanyaan bagi para sekutu Arabnya di Timur Tengah, apakah mereka dapat terus bergantung pada Washington atau tidak.

Sekutu AS khawatir kembalinya Taliban dan kekosongan yang ditinggalkan oleh penarikan mundur Barat yang kacau, akan memungkinkan gerilyawan seperti Al Qaeda mendapatkan pijakan di Afghanistan, dua puluh tahun setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

"Afghanistan adalah gempa bumi, gempa bumi yang menghancurkan, gempa bumi yang menghancurkan dan ini akan tetap bersama kami untuk waktu yang sangat, sangat lama," kata pejabat Teluk Arab dengan syarat anonim karena sensitivitas diplomasi, mengutip Reuters Selasa 14 September.

"Bisakah kita benar-benar bergantung pada payung keamanan Amerika selama 20 tahun ke depan? Saya pikir ini sangat bermasalah sekarang, benar-benar sangat bermasalah," lanjutnya.

Sekutu Teluk Arab Amerika Serikat menemukan, kebijakan luar negeri Washington tampaknya terombang-ambing dengan pergeseran 180 derajat, bermasalah dan kekhawatiran militan akan mendapatkan pijakan di Afghanistan, kata pejabat itu.

Lebih jauh ia mengatakan, penarikan Amerika Serikat telah mengirim pesan kepada militan di seluruh dunia, yang harus mereka lakukan hanyalah melanjutkan perjuangan mereka.

"Kami tidak tahu bagaimana rezim Afghanistan ini akan berubah, kami pikir kemungkinan besar itu adalah Taliban yang sama. Sedikit lebih paham dunia, tetapi tidak banyak," sambung pejabat tersebut.

Dikatakan olehnya, jika ada perjuangan geopolitik atas Afghanistan, itu akan terjadi antara China dan Pakistan di satu sisi, dengan Rusia, Iran dan India di sisi lain. Amerika Serikat, kata pejabat itu, tidak akan menjadi bagian dari perjuangan.

"Jika ada perjuangan geopolitik di Afghanistan, kita akan melihat Pakistan dan China di satu sisi dan kita akan melihat India, Iran, dan Rusia di sisi lain," paparnya.

"Dan saya tidak berpikir Amerika akan menjadi bagian dari perjuangan geopolitik atas Afghanistan," pungkas pejabat tersebut.