Dokumen Keuangan Bocor, Hamas Disebut Memiliki Portofolio Investasi Luar Negeri Senilai Rp7,6 Triliun
Ilustrasi militan Hamas. (Wikimedia Commons/MujahideenMuqadas)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah surat kabar Jerman menyebut kelompok militan Hamas memiliki portofolio investasi luar negeri rahasia senilai lebih dari 500 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp7.176.800.000.000, menurut dokumen yang mereka lihat.

Investasi tersebut termasuk kepentingan di sekitar 40 perusahaan internasional yang dikendalikan oleh Hamas di Timur Tengah dan Afrika Utara, surat kabar Die Welt melaporkan, seperti mengutip The National News 11 Agustus.

Surat kabar itu mengatakan melihat dokumen dari 2017-18, yang merupakan bagian dari file keuangan satu dekade yang ditemukan di komputer Hamas.Tidak disebutkan bagaimana data itu diambil atau siapa yang memberikan informasi tersebut.

Die Welt mengatakan, kelompok itu sendiri memiliki portofolio sebesar 338 juta dolar AS atau sekitar Rp4.851.516.800.000. Sekarang nilainya diprediksi lebih dari 500 juta dolar AS. 

Perusahaan-perusahaan tersebut dikatakan terutama di sektor konstruksi dan ditemukan di Turki dengan kepentingan lain di Sudan dan Aljazair. Kepentingan bisnis yang disebut telah dibangun lebih dari 20 tahun.

Dr Matthew Levitt, dari Institut Washington, yang sebelumnya bekerja di intelijen keuangan untuk Pemerintah AS mengatakan, angka-angka itu 'mustahil untuk diverifikasi'. Tetapi, dia mengatakan kepada surat kabar itu, bukan rahasia lagi jika Hamas berinvestasi di perusahaan asing di wilayah tersebut.

Rinciannya kontras dengan kesengsaraan ekonomi di Gaza, di mana pemerintahan yang dijalankan Hamas, yang dikenai sanksi ekonomi keras dari Israel dan sekutunya, berjuang melawan kekurangan listrik, air dan obat-obatan.Hamas ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS, Uni Eropa, Inggris dan Israel.

hamas
Ilustrasi kelompok Hamas. (Wikimedia Commons/Hoheit ¿!)

September lalu, Hamas kalah banding terhadap pencantumannya dalam daftar terorisme Uni Eropa, yang mengarah pada sanksi dan pembekuan aset. Hamas mengatakan Uni Eropa telah membuat 'karakterisasi yang salah' dan mengklaim daftar itu 'tidak didukung oleh bukti apa pun'.

Rincian keuangan Hamas terbaru terungkap setelah pertempuran terburuk dalam beberapa tahun antara Israel dan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza. Israel membunuh beberapa komandan senior Hamas dalam serangan udara selama 11 hari pertempuran di bulan Mei. Lebih dari 250 orang tewas di Gaza dan 13 di Israel sebelum gencatan senjata yang dipimpin Mesir.

Pendanaan yang didukung negara untuk organisasi tersebut, memaksa Hamas mencari bentuk pendanaan lain. Sponsor negara utamanya diduga adalah Iran, meskipun ada kesalahan sejarah dalam hubungan mereka.  

Upaya untuk menarik pendapatan komersial dianggap sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan aliran pendapatan lain, kata para ahli Laporan tersebut, mengidentifikasi konglomerat konstruksi Turki Trend GYO sebagai salah satu investasi utamanya.

Perusahaan itu adalah pengembang terkemuka di Turki dan telah menyelesaikan sejumlah proyek terkenal di seluruh negeri, termasuk universitas dan plaza komersial.

"Ikuti uangnya. Sekarang mari kita lihat tindakan yang akan diambil," kata Jonathan Schanzer, mantan analis keuangan terorisme di Departemen Keuangan AS.

"Perusahaan yang menghasilkan pendapatan tetap akan sangat membantu kelompok teroris, selama mereka dapat beroperasi di tempat terbuka dan tidak diidentifikasi sebagai tidak sah," ujarnya kepada Die Welt.

Untuk diketahui, otoritas AS pada tahun 2019 memberlakukan sanksi terhadap empat orang yang dinilai bertanggung jawab, terkait pemindahan puluhan juta dolar antara Korps Pengawal Revolusi Islam Iran dan cabang operasional Hamas di Gaza.

Kegiatan bisnis Hamas telah diarahkan ke Turki dalam beberapa tahun terakhir, sebut Die Welt. Belum ada tanggapan Hamas terkait permintaan komentar atas temuan dokumen ini.