Taliban Makin Agresif, Turki Tetap Ingin Jaga Bandara Kabul Gantikan AS dan NATO
Ilustrasi pangkalan militer di Bandara Kabul, Afghanistan. (Wikimedia Commons/Fisherga)

Bagikan:

JAKARTA - Kemajuan pesat yang diraih militan Taliban yang sukses merebut delapan ibu kota provinsi dari militer Afghanistan dalam enam hari, tidak menyurutkan niat Turki untuk menjalankan dan mengjaga Bandara Kabul, setelah koalisi militer asing pimpinan Amerika Serikat angkat kaki.

Dua pejabat Turki yang mengetahui perihal ihi mengatakan, Turki tetap dalam keinginannya semula, seperti yang dibicarakan dengan Amerika Serikat, mengerahkan pasukannya untuk menjaga dan mengoperasionalkan Bandara Kabul.

Sebagai ganti dari misi yang sebelumnya diemban oleh pasukan NATO, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut terkait dengan kesepakatan diplomatik, logistik dan finansial.

"Untuk saat ini tidak ada yang berubah mengenai TAF (Angkatan Bersenjata Turki) yang mengambil alih Bandara Kabul. Pembicaraan dan prosesnya terus berlanjut," kata seorang pejabat senior Turki kepada Reuters, seperti dikutip Kamis 12 Juli.

"Pekerjaan terus berlanjut atas dasar kesepakatan akan terjadi, tetapi tentu saja situasi di Afghanistan sedang diikuti dengan cermat," sambung pejabat tersebut.

Dalam wawancara yang disiarkan televisi dengan penyiar CNN Turk pada Hari Rabu, Presiden Erdogan mengatakan dia bisa bertemu dengan Taliban sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri pertempuran di Afghanistan.

taliban
Ilustrasi Tentara Taliban. (Wikimedia Commons/isafmedia)

"Lembaga terkait kami sedang melakukan upaya yang dapat memperluas beberapa pertemuan dengan Taliban, Saya bahkan bisa bertemu dengan orang yang akan berada di posisi pemimpin mereka," ujar Presiden Erdogan.

Terpisah, dalam komentar kepada media asing di Islamabad pada Hari Rabu, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan, setelah pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar, upaya akan dilakukan untuk memfasilitasi pembicaraan antara Taliban dan Ankara.

"Yang terbaik adalah, Turki dan Taliban melakukan dialog tatap muka. Jadi keduanya bisa membicarakan alasan mengapa bandara Kabul harus diamankan," tutur Perdana Menteri Khan.

"Jadi kami akan berbicara dengan Taliban, menggunakan pengaruh kami pada mereka, untuk berbicara langsung dengan Turki," ungkapnya terkait upaya dialog yang dilakukan.

Sementara itu, seorang pejabat keamanan Turki mengatakan, pemerintah negaranya terus menilai perkembangan di Afghanistan.

"Tidak ada perubahan pandangan tentang penguasaan Bandara Kabul. Tapi situasi di Afghanistan berubah dari hari ke hari," katanya.

Sebelumnya, Taliban memperingatkan Turki terhadap kemungkinan rencana untuk menjaga beberapa pasukan di Afghanistan, guna menjalankan dan menjaga bandara utama Kabul, setelah penarikan pasukan koalisi asing pimpinan Amerika Serikat.

Dengan tegas Taliban menyebut rencana Turki tersebut sebagai tindakan tercela, sekaligus memperingatkan konsekuensi yang akan timbul akibat hal tersebut. Tawaran ini datang setelah Turki melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu.

"Emirat Afghanistan mengutuk keputusan tercela ini. Jika pejabat Turki gagal mempertimbangkan kembali keputusan mereka dan melanjutkan pendudukan negara kami, kami akan mengambil sikap menentang mereka," sebut Taliban dalam pernyataannya Juli lalu.

Dalam hal itu, tambahnya, tanggung jawab atas konsekuensi akan berada di pundak mereka yang ikut campur. Ancaman ini bagian dari geliat Taliban, seiring dengan mulai angkat kakinya pasukan koalisi internasional, dengan melakukan pengepungan dan perebutan kota-kota di Afghanistan.