Atasi Suhu Ekstrem, Uni Emirat Arab Bikin Hujan Buatan dengan Drone
Ilustrasi kawasan Abu Dhabi, UEA. (Wikimedia Commons/Travelvlogus)

Bagikan:

JAKARTA - Dilanda suhu ekstrem yang mencapai lebih dari 40 derajat celcius, otoritas Uni Emirat Arab (UEA) memanfaat kan teknologi drone untuk meningkatkan curah hujan.

Abu Dhabi dan Al Ain termasuk di antara kota-kota yang basah kuyup setelah National Center of Meteorology (NCM) menerapkan teknologi penyemaian awan. Drone terbang ke awan dan melepaskan muatan listrik, yang membantu tetesan air bergabung bersama dan membentuk presipitasi.

Uni Emirat Arab sendiri biasanya memiliki kurang dari 100 mm curah hujan setahun, sangat jauh, misalnya jika dibandingkan dengan rata-rata curah Inggris yang mencapai 1300 mm setahun.

NCM telah melakukan 126 penerbangan penyemaian awan sejak awal 2021, menurut Gulf Today. Ini termasuk 14 penerbangan sejak Selasa 20 Juli lalu, dengan penerbangan dua hingga tiga jam dioperasikan di sebagian besar wilayah negara itu.

Organisasi tersebut sebagian mengaitkan peningkatan hujan dengan upaya penyemaian awan yang dilakukan olehnya, seperti mengutip Sky News Kamis 22 Juli.

Teknik lain yang digunakan untuk merangsang curah hujan di negara ini adalah dengan menjatuhkan garam atau bahan kimia lainnya ke dalam awan, yang dirancang untuk mempercepat pertumbuhan tetesan air.

uni emirat arab
Ilustrasi kawasn Dubai, UEA. (Wikimedia Commons/V0L0DYA)

Beberapa penelitian menunjukkan penyemaian awan dapat meningkatkan curah hujan hingga 35 persen, kendati ada juga pihak yang menentang dan membantah efektivitas metode ini.

Selain UEA, sejumlah negara-negara di dunia juga menguji coba teknologi pembuatan hujan ini. China dan India adalah dua dari beberapa negara yang menjajal teknologi ini.

Profesor Giles Harrison dari University of Reading, Inggris yang sedang mengerjakan penelitian mengatakan, cara ini dimaksudkan untuk membawa pemikiran langit biru ke awan dan hujan.

"Proyek kami adalah tentang mengubah keseimbangan muatan pada tetesan awan terkecil, aspek awan yang diabaikan yang dapat merevolusi kemampuan kami untuk memanipulasi curah hujan di daerah yang paling membutuhkannya," paparnya.

"Kelangkaan air adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi umat manusia, dan perubahan iklim memberikan lebih banyak ketidakpastian seputar curah hujan," kata Dr Keri Nicoll, akademisi lain yang melakukan tes pendahuluan di Bath.

Ditambahkan olehnya, inisiatif untuk meningkatkan curah hujan sangat penting di bagian dunia yang 'benar-benar berjuang untuk mendapatkan air'.