Bagikan:

JAKARTA - Otoritas China secara resmi mengumumkan penghapusan panda raksasa dari daftar hewan yang terancam punah, Jumat 9 Juli lalu, kendati mengingatkan jumlah populasi panda raksasa di luar penangkaran masih perlu mendapat perhatian. 

Dalam sebuah artikel yang diunggah situs web resmi Kementerian Ekologi dan Lingkungan, populasi panda raksasa yang hidup di alam liar di China telah meningkat menjadi 1.864 pada tahun 2013, naik dari 1.596 pada tahun 2003.

Kepala Departemen Konservasi Alam dan Ekologi kementerian Cui Shuhong mengatakan, kenaikan itu mencerminkan kondisi kehidupan mereka yang lebih baik dan upaya China dalam menjaga habitat mereka tetap terintegrasi.

Angka tersebut didasarkan pada sensus panda China yang dilakukan setiap dekade sejak tahun 1970-an di tiga provinsi yang memiliki populasi panda raksasa terbesar: Sichuan, Shaanxi dan Gansu, seperti mengutip Euronews 10 Juli.

panda
Ilustrasi panda. (Wikimedia Commons/Colegota)

Keputusan China untuk menghapus panda raksasa dari daftar terancam punah datang lima tahun setelah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menurunkan status panda raksasa dari terancam punah menjadi rentan dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah.

Panda raksasa memiliki tingkat perkembangbiakan yang lambat secara alami, dengan betina berovulasi hanya setahun sekali dan kemudian membesarkan anaknya hingga tiga tahun. Meskipun dua anak dapat lahir pada saat yang sama, biasanya hanya satu yang bertahan hidup dan sangat rentan dengan berat tidak lebih dari lima ons (sekitar 145 gram).

Sementara itu, melansir The Guardian 9 Juli, banyak ahli China menolak keputusan tersebut pada saat itu, dengan alasan bahwa itu menyesatkan dan akan menyebabkan kepuasan di Negeri Tirai Bambu, di mana hewan-hewan itu dianggap sebagai harta nasional. Mereka telah digunakan sebagai bagian dari diplomasi internasional Beijing sejak 1950-an.

Pengumuman minggu ini disambut dengan gembira di media sosial. Tagar terkait di Weibo telah dibaca hampir 10 juta kali.

panda
Ilustrasi panda. (Wikimedia Commons/Specie8470)

"Indah, berita bagus," kata salah satu unggahan. "Ini menunjukkan semua upaya telah terbayar. Sudah selesai dilakukan dengan baik". 

Sementara, yang lain mendesak para konservasionis China untuk melanjutkan pekerjaan mereka. “Ini memang awal yang baik, tetapi masih ada ancaman bagi spesies ini. Jangan santai.”

Pengamat mengatakan, masalah konservasi juga terkait dengan diplomasi Beijing dalam beberapa bulan terakhir. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengatakan pada Kamis 8 Juli lalu, konsep pegunungan yang rimbun dan air yang jernih, sebanding dengan emas dan peraknya telah berakar di kalangan masyarakat di China.

"Kami siap bekerja sama dengan semua pihak untuk memperkuat kerjasama internasional dalam pelestarian ekologi dan pengelolaan lingkungan untuk bersama-sama," tukasnya.

Kendati demikian, panda raksasa masih menghadapi ancaman jangka panjang. IUCN mengatakan perubahan iklim dapat menghancurkan lebih dari 35 persen habitat bambu mereka dalam 80 tahun ke depan.

Dalam kesempatan yang sama, Kementerian China juga melaporkan peningkatan penting untuk beberapa spesies lain dengan jumlah harimau Siberia, gajah Asia, dan ibis jambul yang hidup di alam liar juga bertambah.