Bagikan:

JAKARTA - Markis Kido bukan pebulu tangkis berpostur tinggi. Badannya hanya menjulang 168 sentimeter. Tapi kecekatan dan kekuatannya boleh diadu. Markis Kido menyumbang banyak prestasi bagi bangsa, termasuk aksinya bersama Hendra Setiawan di Olimpiade 2008 di Beijing, yang menghasilkan medali emas untuk Merah Putih.

Bulu tangkis adalah kehormatan bangsa Indonesia di ajang-ajang olahraga dunia. Termasuk Olimpiade. Tercatat, tradisi emas Olimpiade pernah diraih sejumlah pemain, mulai dari tunggal putri, Susi Susanti dan tunggal putra, Alan Budikusuma (Barcelona 1992); ganda putra Ricky Soebagja-Rexy Mainaky (Atlanta 1996); ganda putra Candra Wijaya-Tony Gunawan (Sydney 2000); tunggal putra Taufik Hidayat (Athena 2004); serta Markis Kido-Hendra Setiawan untuk kelas ganda putra di Beijing, 2008.

Markis Kido menunjukkan bakat bermain bulu tangkis sejak kecil. Akan tetapi perjalanan karier Markis Kido tak mulus-mulus amat. Semula dirinya hanya pemain tunggal dan masuk pemusatan latihan nasional (Pelatnas) sejak 2001. Namun, setelah setahun di sana, ternyata Markis Kido tak mengalami kemajuan, hingga kemudian pucuk dicinta ulam pun tiba. Markis Kido mendapat tawaran bermain ganda putra dari pelatih bulu tangkis.

“Tawaran untuk bermain ganda putra pun datang dari pelatih. Kido mulanya dipasangkan dengan Rian Sukmawan. Setahun kemudian, pasangan itu dibongkar lagi. Kali ini Kido dipadukan dengan Hendra, yang sebelumnya berpasangan dengan Joko Riadi,” tulis Lis Yuliawati dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Gedoran yang Mematikan (2005).

Meski begitu Markis Kido dan Hendra setiawan bukan pertama kali dipasangkan. Jauh sebelum masuk pelatnas, keduanya yang bernaung dalam klub bulu tangkis PB Jaya Raya sempat bermain bersama. Keduanya bahkan pernah menjuarai beberapa sirkuit nasional, seperti Jakarta Open, Sinar Mutiara, dan Jawa Pos.

Markis Kido-Hendra Setiawan (Sumber: PBSI)

Oleh sabab itu, ganda Indonesia itu tampak kompak di dalam dan di luar lapangan. Laksana sahabat yang dapat mengerti satu sama lain. Kekompakan itu berbuah manis. Ketika dipasangkan kembali di pelatnas, deretan prestasi gemilang pun diukir. Mereka bahkan disebut-sebut sebagai spesialis ganda putra.

Sebagaimana dijelaskan dalam artikel BERNAS berjudul Gelar, Medali, dan Segala Kebesaran Markis Kido, keduanya berhasil memenangi Asian Badminton Championships dan Indonesia Open pada 2005. Setahun berselang, mereka menyabet gelar Hong Kong Open dan China Open usai mengalahkan pasangan ganda putra China, Cai Yun/ Fu Haifeng pada partai final.

Prestasi keduanya makin melesat di tahun 2007. Saat itu keduanya berhasil menjadi juara dunia bulu tangkis. Mereka sukses mencapai podium tertinggi pada ajang China Super Series. Lebih lagi, keduanya menjadi daya gedor utama tim bulu tangkis Indonesia ketika mempersembahkan medali emas Sea Games 2007. Puncaknya, mereka memberikan emas bagi Indonesia di Olimpiade Beijing 2008.

Jejak kemenangan di Olimpiade Beijing 2008

Hendra Setiawan dan Markis Kido (Sumber: bwf.badminton.com)

Perjuangan Markis Kido-Hendra Setiawan di Olimpiade Beijing 2008 tak mulus-mulus saja. Di fase persiapan yang berjalan selama enam pekan, Hendra cedera pada pergelangan kaki kiri. Dokter bahkan menganjurkan Hendra untuk beristirahat selama 10-20 pekan.

Kendati demikian, Hendra mengabaikan rekomendasi itu demi dapat bermain di ajang olimpiade. Tentunya, dengan berlatih mengadopsi cara khusus. Latihan Hendra saat itu hanya difokuskan ke tangan tanpa menggerakan kaki. Pada masa itu Markis Kido tak henti memberikan semangat.

Hendra Setiawan-Markis Kido (Instagram/@bwf.official)

"Pas awal Hendra cedera, saya sempat khawatir juga. Tetapi, setelah melihat Hendra berlatih sebegitu bersemangatnya. Saya jadi yakin lagi kalau ini memang momen kami," ungkap Markis Kido, dikutip Juara.net.

Tak hanya itu, ujian berikutnya muncul pada hari pengumumuman undian pertandingan (drawing) babak perempat final. Hasil drawing langsung mempertemukan Markis-Hendra dengan ganda putra Malaysia, Koo Kien Keat-Tan Boon Heong.

Sebelumnya, ganda Malaysia itu diketahui belum pernah dikalahkan oleh Markis Kido-Hendra Setiawan. Apalagi, rekor kekalahan ganda Indonesia saat berjumpa ganda Malaysia 0-6. Namun, ganda Indonesia itu membuktikan bahwa statistik bagus tak berlaku untuk olimpiade. Mereka menang atas ganda Malaysia dua set langsung, 21-16 dan 21-18.

Markis Kido dan Hendra Setiawan (Instagram/@bwf.official)

Setelahnya, ganda Indonesia itu berjumpa dengan pasangan Denmark, Lars Paaske-Jonas Rasmussen pada babak semi final. Berbekal semangat mengalahkan ganda Malaysia, ganda Indonesia langsung tancap gas dengan menaklukkan ganda Denmark dua gim langsung, 21-19, 21-17.

Kemenangan itu mengantarkan mereka menemui memusuh bebuyutan sekaligus tuan rumah Cai Yun-Fu Haifeng. “Sebelum bertanding, kami merasa tegang. Kami menjadi harapan satu-satunya untuk melestarikan tradisi emas di bulu tangkis,” ungkap Markis Kido.

Daftar perjalanan Markis Kido-Hendra Setiawan di Olimpiade Beijing 2008 (Sumber: p2k.um-surabaya.ac.id)

Pertandingan itu kemudian dianggap puncak segala kesukaran bagi ganda Indonesia. Ganda Indonesia akan bertanding melawan pemain tuan rumah. Di tengah gemuruh dukungan publik tuan rumah, Markis-Hendra tak gentar. Markis-Hendra menang dalam pertarungan rubber game, 12-21, 21-11, 21-16.

“Pasangan ganda putra Markis Kido dan Hendra Setiawan meneruskan tradisi meraih emas di Olimpiade untuk cabang bulu tangkis. Mereka mengalahkan pasangan Cina, Fu Haifeng dan Cai Yun, di Beijing University of Technology, 16 Agustus 2008. Skornya ketat: 12-21, 21-11, 21-16. Medali emas diboyong ke Tanah Air melanjutkan sukses di Barcelona (1992), Atlanta (1996), Sydney (2000), dan Athena (2004),” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Penerus Tradisi Emas (2008).

Mental juara Markis Kido

Markis Kido (Sumber: PBSI)

Raihan prestasi tertinggi emas olimpiade tak membuat Markis Kido–Hendra Setiawan puas. Mereka terus mengukir prestasi lainnya, di antaranya menjadi juara Asia 2009, dan mendapatkan medali emas Asian Games Guangzhou 2010.

Keduanya memilih berpisah pada 2012. Setelah itu, Markis Kido memilih melanjutkan karier profesionalnya dengan mengandeng salah satu pemain muda, Marcus Fernaldi Gideon.

Ganda Indonesia baru itu langsung menggondol dua titel juara: Prancis Open 2013 dan Indonesia Masters 2014. Eksistensinya di dunia bulu tangkis terus beranjut.

Markis Kido pun sempat mencicipi terjun secara profesional ke dalam ganda campuran berpasangan dengan adiknya, Pia Zebadiah Bernadet. Bersama Pia, Markis Kido memperoleh gelar di Vietnam Open 2012 dan Thailand Open 2013.

Pia Zebadiah dan Markis Kido (Instagram/@bwf.official)

Selang beberapa tahun kemudian, Markis Kido memilih gantung raket. Ia kemudian memilih mengabdikan diri sebagai pelatih kepada klub bulu tangkis yang membesarkannya dahulu, PB Jaya Raya, sebuah klub bulu tangkis bentukan pengusaha, Ciputra.

“Pada tanggal 16 Agustus 2008 saya ikut menyaksikan pertandingan final bulu tangkis Olimpiade Beijing 2008 dengan jantung berdebar-debar. Alasan pertama, karena Markis Kido dan Hendra Setiawan adalah atlet didikan Klub Bulu tangkis Jaya Raya, sebuah klub olahraga yang saya dirikan 30 tahun silam,” tulis Ciputra dalam bukunya Ciputra Quantum Leap (2013).

Karier Markis Kido baru benar-benar berakhir dari bulu tangkis tepat pada Senin, 14 Juni. Legenda bulu tangkis Indonesia itu meninggal dunia pada usia 36 tahun. Kepergiannya membawa serta duka yang mendalam bagi bagi bulu tanggis dan segenap rakyat Indonesia.

*Baca Informasi lain soal BULU TANGKIS atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.

MEMORI Lainnya