JAKARTA - Guburnur DKI Jakarta Anies Baswedan dikritik banyak melakukan akrobat di tengah meningkatnya kasus COVID-19 di Jakarta. Paling kentara saat Anies mengundang berbagai stakeholder melakukan apel siaga malam hari.
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo Maldini mengatakan, kualitas seorang pemimpin harusnya bisa bekerja keras, mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19. Apalagi DKI Jakarta adalah kota berkelas dunia dengan segudang penghargaan yang disabet Anies di dunia internasional.
"Jadi ini sebuah wajah asli kepemimpinan yang dipertunjukkan. Yang selama ini sudah bekerja keras maka akan tampak kuat, ketika nanti ini terjadi. Dan yang belum mengerjakan apa-apa, ya pasti akan banyak sekali akrobat. Termasuk bikin apel malam-malam, kafe aja enggak boleh buka malam-malam di Jakarta," jelas Faldo lewat kanal YouTube CokroTV, Selasa, 15 Juni.
Aneh rasanya saat Anies Baswedan baru sibuk bicara pengetatan di tengah lonjakan kasus COVID yang signifikan. Tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR) saja sudah menyentuh kurang lebih 50 persen di Jakarta.
"Harusnya dari awal memang sudah ketat, namanya kita hidup dengan protokol kesehatan. Kalau angkanya naik berarti protokolnya tidak berjalan, ada yang salah dengan pelaksanaan dan pengawasannya. Jadi please, jangan pikirin elektabilitas terus," sindir Faldo.
BACA JUGA:
Ada beberapa indikator yang bisa dipakai dalam mengukur ketidaksiapan Anies dalam pengetatan protokol kesehatan. Pertama, soal membeludaknya pengunjung di Pantai Ancol saat libur lebaran beberapa waktu lalu.
Menurut Faldo, Anies Baswedan harusnya bisa membuat regulasi atau standar operasional prosedur (SOP) mengontrol keramaian. Mulai dari jumlah karcis yang dijual, atau manajemen keluar masuk Ancol.
"Jadi bukan karena dampak libur lebaran melainkan manajemen keramaian yang sangat buruk di DKI Jakarta," terang Faldo.
Selanjutnya kerumunan di Pasar Tanah Abang. Sudah menjadi kebiasaan, pasar grosir terbesar tersebut akan ramai jelang liburan lebaran. Lucunya, Anies malah berkelit dengan mengatakan tidak memprediksi jumlah lonjakan pengunjung.
"Kayaknya dari masa awal kemerdekaan Pasar Tanah Abang itu sudah ramai-ramai banget kalau mau lebaran, kok malah tidak terprediksi. Di era yang sudah canggih banget seperti sekarang pasti ada data-data dari tahun sebelumnya, kan berapa lonjakannya itu pasti rame banget lalu solusinya apa," terang Faldo.