Perampokan Toko Emas di Jakarta Barat adalah Sinyal Kelengahan Polisi di Masa Pandemi
Ilustrasi foto polisi patroli (Sumber: humas.polri.go)

Bagikan:

JAKARTA - Polri mengklaim angka kejahatan jalanan atau street crime menurun selama pandemi COVID-19. Namun, bukan berarti tindak kejahatan hilang seratus persen. Sebab, belum lama ini, terjadi aksi perampokan toko emas di wilayah ibu kota.

Kompolatan perampok yang diduga beranggotakan empat orang ini menyatroni salah satu toko emas di Pasar Kemiri, Jakarta Barat. Mereka berhasil menggasak 10 kilogram perak dan 0,5 kilogram emas.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, para pelaku beraksi dengan bermodalkan senjata api untuk menakuti korban. Beruntung, dalam aksi kejahatan itu tidak ada korban jiwa.

"Pelaku hanya menggeretak dengan menodongkan senjata api jenis revolver berwarna silver," ucap Yusri, Selasa, 7 April.

Dalam aksi perampokan ini, empat pelaku diketahui memiliki peran masing-maing. Dua di antaranya bertugas mengawasi keadaan sekitar dengan tetap berada di atas motor tepat di depan toko emas. Sedangkan, sisanya bertugas sebagai eksekutor.

Meski para pelaku berhasil membawa kabur perhiasan yang ditaksir seharga Rp400 juta, lanjut Yursi, penyidik sudah mengidentifikasi identitas mereka berdasarkan kendaraan yang digunakan.

Akan tetapi, untuk memastikannya, sebagian dari tim penyidik masih mengumpulkan bukti serta petunjuk yang berkaitan dengan identitas mereka. Sementara, tim lainnya sedang melakukan pengejaran berdasarkan petunjuk yang sudah dikantongi.

"Penyidik dari Polres dan Polda masih melakukan pengajaran terhadap para pelaku," kata Yusri.

Polisi tindak kerumunan (Sumber: humas.polri.go)

Manfaatkan kelengahan polisi

Kriminolog Universitas Indonesia Ferdinand Andi Lolo memyebut jika aksi para pelaku ini memanfaatkan kelengahan aparat kepolisian yang sedang fokus dengan COVID-19. Terlebih, aktivitas di tempat terbuka pun semakin minim dan dianggap menguntungkan bagi para pelaku kejahatan.

"Pelaku kejahatan memang memanfaatkan momentum dan berkurangnya kewaspadaan akibat konsentrasi masyarakat dan aparat sedikit teralih pada penanganan wabah," kata Ferdinand.

Selain itu, minimnya jumlah aparat kepolisian menjadi faktor lainnya. Sehingga, hal ini pun seolah memberi kesempatan bagai para pelaku untuk beraksi lantaran kurangnya pengawasan.

Untuk itu, dengan munculnya kasus perampokan ini, diharapkan kepada masyarakat untuk mematuhi segala aturan yang berkaitan dengan pencegahan COVID-19. Sehingga, nantinya Polri bisa memastikan kondisi di seluruh nusantara aman dari tindak kejahatan.

"Namun harus diingat SDM polisi terbatas. Sedangkan, skala wabah ini begitu besar, oleh karena itu masyarakat perlu lebih aktif mengurangi wabah (dengan tetap di rumah). Sehingga SDM polisi tidak perlu terkuras untuk hal-hal yang harusnya dipatuhi masyarakat," tandas Ferdinand.

Terkait