JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Kamis menggambarkan China sebagai sekutu Rusia dan mendukung klaim Beijing atas Taiwan, sambil menyatakan tidak ada negara yang perlu takut saat kedua negara memperdalam kerja sama.
Kedua negara belum mendeklarasikan aliansi militer formal, tetapi Presiden Putin dan Presiden Xi Jinping menandatangani kesepakatan kemitraan "tanpa batas" pada tahun 2022, kurang dari tiga minggu sebelum Pemimpin Kremlin mengirim pasukannya ke Ukraina.
Pada Bulan Mei tahun ini, mereka sepakat untuk memperdalam apa yang mereka sebut sebagai "kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis" untuk era baru.
"Kami tidak percaya Tiongkok sedang mengejar kebijakan agresif di kawasan tersebut," kata Presiden Putin di klub diskusi Valdai di resor Laut Hitam Rusia, Sochi, melansir Reuters 8 November.
Lebih jauh ia menyatakan, Taiwan mencoba mengobarkan krisis seperti Ukraina di Asia untuk menarik dukungan dari luar.
Tiongkok memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri dan secara teratur melakukan latihan perang di dekat pulau tersebut.
"Banyak hal yang terjadi di sekitar Taiwan. Semua orang secara resmi mengakui, ya, Taiwan adalah bagian dari Tiongkok. Namun pada kenyataannya? Pada kenyataannya, Taiwan bertindak ke arah yang sama sekali berbeda. Memprovokasi situasi ke arah eskalasi," jelas Presiden Putin.
"Kami mendukung Tiongkok. Dan karena itu, kami percaya bahwa (Tiongkok) menjalankan kebijakan yang sepenuhnya masuk akal. Dan juga karena Tiongkok adalah sekutu kami. Kami memiliki omzet perdagangan yang sangat besar, kami bekerja sama di sektor keamanan," tandasnya.
BACA JUGA:
Presiden Putin kemudian membandingkan latihan militer bilateral antara Rusia dan Tiongkok dengan yang dilakukan Amerika Serikat dengan Jepang.
"Latihan-latihan ini tidak mengancam siapa pun," kata Presiden Putin.
"Latihan-latihan ini ditujukan untuk memastikan keamanan kami," tandasnya.