Beijing Kecam Pertemuan AS dengan Taiwan, Presiden Putin Sebut China Tidak Perlu Kekuatan untuk Rebut Taipei
Ilustrasi bendera China dan Taiwan. (Sumber: Stanford News.edu)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut China tidak perlu kekuatan untuk merebut Taiwan, saat Beijing mengecam pertemuan pejabat Amerika Serikat bertemu dengan perwakilan Taipei.

Presiden Vladimir Putin mengatakan China tidak perlu menggunakan kekuatan untuk merebut Taiwan, Rabu 13 Oktober lalu. Berbicara kepada CNBC di sela-sela konferensi Pekan Energi Rusia di Moskow, Presiden Putin yakin konfrontasi militer tidak mungkin terjadi.

"Dengan meningkatkan potensi ekonominya, Beijing mampu mengimplementasian tujuan nasionalnya. Saya tidak melihat adanya ancaman," sebut Presiden Vladimir Putin mengacu pada ekonomi besar yang dimiliki China, melansir Taiwan News 14 Oktober.

"Ada beberapa kepentingan yang saling bertentangan dan kontradiktif, tetapi posisi Rusia didasarkan pada fakta, kita perlu memberikan kesempatan kepada semua negara di kawasan, tanpa campur tangan dari kekuatan non-regional, untuk melakukan percakapan yang layak berdasarkan prinsip dasar, norma hukum internasional," tandasnya.

China mengecam pertemuan yang digelar oleh pejabat Amerika Serikat dengan perwakilan Taiwan untuk Negeri Paman Sam Hsiao bi-khim, yang digelar juga pada Rabu pekan ini.

Kecaman muncul setelah seorang pejabat dari Departemen Luar Negeri AS mengunggah pertemuan tersebut di Twitter, serta adanya laporan AS mengundang Panglima Angkatan Darat Taiwan Hsu Yen-pun untuk berkunjung ke negara tersebut

"Kami mendesak AS untuk melepaskan ilusinya menggunakan Taiwan untuk menahan China," tegas juru bicara itu, menekankan China akan melawan setiap pernyataan atau tindakan yang menantang prinsip satu-China atau kepentingan inti China, CGTN 14 Oktober.

"AS seharusnya tidak berfantasi mencari dukungan dan kerja sama dengan China, sementara secara ceroboh menantang garis merah China pada pertanyaan Taiwan. China tidak akan pernah menerimanya," tambah juru bicara itu.