Soal Taiwan, Direktur CIA Nilai China Ambil Pelajaran dari Invasi Rusia ke Ukraina
Ilustrasi bendera China dan Taiwan. (Sumber: Stanford News.edu)

Bagikan:

JAKARTA - China dinilai bertekad menggunakan kekuatan terhadap Taiwan, berkasa cari pengalaman Rusia di Ukraina tentang bagaimana, bukan apakah, untuk menyerang pulau itu, menurut Direktur CIA William Burns.

Tampil di Forum Keamanan Aspen, Direktur CIA William Burns mengecilkan spekulasi, bahwa Presiden China Xi Jinping dapat pindah ke Taiwan setelah pertemuan penting Partai Komunis akhir tahun ini.

"Risiko itu menjadi lebih tinggi, menurut kami, semakin jauh ke dalam dekade ini yang Anda dapatkan," ungkap Burns, melansir CNA 21 Juli.

Burns mengatakan China 'gelisah' ketika melihat perang lima bulan Rusia di Ukraina, yang ia sebut sebagai 'kegagalan strategis' bagi Presiden Vladimir Putin. karena ia berharap untuk menggulingkan pemerintah Kyiv dalam waktu seminggu.

"Perasaan kami adalah, itu mungkin kurang mempengaruhi pertanyaan apakah kepemimpinan China mungkin memilih beberapa tahun ke depan untuk menggunakan kekuatan untuk mengendalikan Taiwan, tetapi bagaimana dan kapan mereka akan melakukannya," papar Burns.

Dia mengatakan bahwa China diyakini telah mengamati dari Ukraina bahwa "Anda tidak mencapai kemenangan yang cepat dan menentukan dengan kekuatan yang luar biasa".

"Saya menduga pelajaran yang diambil oleh kepemimpinan dan militer China adalah bahwa Anda harus mengumpulkan kekuatan yang luar biasa jika Anda akan merenungkannya di masa depan," katanya.

China juga kemungkinan telah belajar bahwa mereka harus "mengendalikan ruang informasi" dan "melakukan segala yang Anda bisa untuk menopang ekonomi Anda dari potensi sanksi", tambahnya.

Meski demikian, Burns sejalan dengan penilaian AS sebelumnya, mengatakan Amerika Serikat tidak percaya bahwa Beijing menawarkan dukungan militer ke Rusia meskipun ada dukungan retoris.

Dia mengatakan bahwa China telah meningkatkan pembelian energi Rusia, tetapi tampaknya berhati-hati agar tidak terkena sanksi Barat.

Diketahui, China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayahnya yang menunggu penyatuan kembali, jika perlu dengan kekerasan.

Nasionalis China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah kalah dalam perang saudara di daratan. Tetapi, pulau itu telah berkembang menjadi demokrasi yang dinamis dan kekuatan teknologi terdepan.