JAKARTA - Duta Besar China untuk Rusia menyebut Amerika Serikat sebagai 'penghasut utama' perang Ukraina yang berlangsung sejak akhir Februari lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita negara Rusia TASS yang diterbitkan pada Hari Rabu, Duta Besar China Zhang Hanhui, menuduh Washington mendorong Rusia ke sudut dengan ekspansi berulang dari aliansi pertahanan NATO, dan dukungan untuk pasukan yang berusaha menyelaraskan Ukraina dengan Uni Eropa ketimbang Moskow.
"Sebagai pemrakarsa dan penghasut utama krisis Ukraina, Washington, memberlakukan sanksi komprehensif yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, terus memasok senjata dan peralatan militer ke Ukraina," kata Zhang seperti melansir Reuters 11 Agustus.
"Tujuan utama mereka adalah untuk menguras dan menghancurkan Rusia dengan perang yang berlarut-larut dan gada sanksi," sambungnya.
Alasan duta besar mengikuti salah satu pembenaran Rusia sendiri atas invasinya ke Ukraina, yang telah mengakibatkan ribuan kematian dan kehancuran seluruh kota, serta mendorong lebih dari seperempat populasi meninggalkan rumah mereka.
Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Beijing pada Bulan Februari untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping, ketika tank-tank Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina, menyetujui apa yang disebut kedua negara sebagai kemitraan 'tanpa batas' yang lebih unggul daripada aliansi Perang Dingin mana pun.
Dalam wawancara tersebut, Zhang mengatakan hubungan China-Rusia telah memasuki "periode terbaik dalam sejarah, ditandai dengan tingkat rasa saling percaya tertinggi, tingkat interaksi tertinggi, dan kepentingan strategis terbesar".
Selain itu, dia mencela kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi minggu lalu ke Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, yang diklaim China sebagai miliknya, mengatakan Amerika Serikat sedang mencoba menerapkan taktik yang sama di Ukraina dan Taiwan untuk "menghidupkan kembali mentalitas Perang Dingin, menahan China dan Rusia, memprovokasi persaingan dan konfrontasi kekuatan besar".
BACA JUGA:
"Non-intervensi dalam urusan internal adalah prinsip paling mendasar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia kita," sebut Zhang, menerapkan prinsip itu untuk mengkritik kebijakan Washington mengenai Taiwan, tetapi tidak untuk invasi Rusia ke Ukraina.
Diketahui, Rusia menyebut invasi itu sebagai 'operasi militer khusus' dan mengatakan itu perlu, tidak hanya untuk menjaga keamanannya sendiri, tetapi juga untuk melindungi penutur bahasa Rusia dari penganiayaan.
Sementara, Ukraina dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk perang, agresi kekaisaran terhadap tetangga yang memperoleh kemerdekaan ketika Uni Soviet yang dipimpin Moskow bubar pada 1991.