Yangon Diguncang Tujuh Ledakan, Pemimpin Rezim Militer Myanmar Tuduh Sipil Merusak
Jenderal Senior Min Aung Hlaing. (Wikimedia Commons/Vadim Savitsky)

Bagikan:

JAKARTA - Tujuh lokasi di Kota Yangon, Myanmar diguncang ledakan sepanjang Rabu 7 April kemarin. Ledakan terjadi kantor-kantor milik negara, area markas militer hingga pusat perbelanjaan

Tiga ledakan terjadi pada pagi hari di daerah kamp dekat Pagoda Shwedagon, di Kotapraja Dagon Yangon, tempat keluarga personel militer ditempatkan.

Seorang saksi mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa ledakan itu berasal dari granat setrum yang dipasang pada kendaraan di Jalan Ziwaka di depan unit rumah tersebut. Meski kendaraan mengalami kerusakan ringan, tidak ada kerusakan berat yang dilaporkan di daerah sekitarnya.

Myawaddy TV milik pemerintah melaporkan pada Rabu malam, tiga granat kejut meledak dalam insiden itu, satu di dekat perumahan, yang kedua di tempat sampah dan yang ketiga di kaca depan mobil yang diparkir.

Tiga ledakan lain dilaporkan terjadi di dekat kompleks Yangon's Hluttaw di Kotapraja Dagon, ketika tiga granat dilemparkan, stasiun TV rezim militer melaporkan.

Dua ledakan lainnya terjadi di kantor administrasi Kotapraja Sanchaung dan di bawah jembatan Myaynigone Flyover di kotapraja. Beberapa kendaraan di dekat kantor administrasi mengalami kerusakan.

Selain itu, granat setrum dilaporkan telah meledak di pusat perbelanjaan Myanmar Plaza di Kotapraja Bahan dan dekat persimpangan delapan mil di Kotapraja Mayangone. Ledakan itu terjadi setelah ledakan terjadi di kantor Otoritas Pelabuhan Myanmar di Kotapraja Kyauktada Yangon pada Rabu pagi.

Mereka yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut masih belum diketahui. Namun, masyarakat sipil mencurigai rangkaian ledakan ini, mengingat beberapa lokasi ledakan masih ditempati oleh militer Myanmar. Ini ramai disuarakan di Facebook, media sosial populer di Myanmar.

Rezim dicurigai warga sipil menggunakan strategi ini, untuk meningkatkan kekerasan terhadap pengunjuk rasa antikudeta militer. 

Sebelumnya, pada Selasa sore, bus milik rezim militer rusak akibat ledakan ketika sedang diparkir di kompleks terminal bus milik rezim di Kotapraja Oakkalap Selatan Yangon.

Minggu lalu, dua pusat perbelanjaan milik militer di Yangon — satu di pusat kota dan satu lagi di bagian utara kota — terbakar selama jam malam ketika tidak ada warga sipil yang dilarang keluar.

Setelah kudeta Februari, lebih dari dua lusin kantor pemerintah, kantor administrasi lokal dan kantor polisi di negara itu telah diserang.

Melansir Reuters, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yangon mengatakan telah menerima laporan 'bom suara' buatan tangan, atau kembang api yang dimaksudkan untuk menimbulkan kebisingan dan menyebabkan kerusakan minimal.

Pemimpin rezim militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing dalam pernyataannya menyebut, aksi pembangkangan sipil (CDM) yang dilakukan oleh masyarakat telah merusak Myanmar.

"CDM adalah kegiatan menghancurkan negara. CDM menghentikan pekerjaan rumah sakit, sekolah, jalan, perkantoran dan pabrik," sebutnya.

Data kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), hingga Rabu kemarin sedikitnya 598 orang tewas oleh pasukan keamanan rezim Militer Myanmar dan 2.847 orang ditahan.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.