JAKARTA - Rezim militer Myanmar melakukan penangkapan besar-besaran, mengamankan ribuan bom rakitan dan senjata api, seiring dengan serangan yang dilakukan terhadap pangkalan pasukan mereka.
Serangan dilakukan oleh orang tak dikenal ke kompleks pagoda, yang digunakan sebagai pangkalan sementara oleh pasukan militer Myanmar di Kota Praja Thaketa, Yangon pada Jumat malam pekan lalu.
Penduduk setempat mengatakan, setidaknya empat tentara dan seorang warga sipil terluka dalam serangan itu. Namun, melansir The Irrawaddy Minggu 30 Mei, belum dapat memastikan penyebabnya pada Sabtu pagi. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.
Penduduk mengatakan, orang-orang bersenjata tak dikenal menggerebek kompleks pagoda sekitar pukul 19.30, dengan suara ledakan diikuti dengan kontak tembak hebat hingga sekitar pukul 20.30.
"Kami mendengar ledakan bom dua kali terlebih dahulu, sebelum penembakan dimulai. Pasukan rezim berada dalam kekacauan karena serangan mendadak. Mereka berteriak sangat keras dan membalas tembakan ke daerah pemukiman," tutur seorang saksi mata.
"Banyak warga melihat empat tentara terluka dalam baku tembak dan seorang warga sipil yang lewat juga terluka di kaki," lanjutnya.
Rezim militer Myanmar diketahui menggunakan kompleks pagoda di Thaketa sebagai pangkalan sejak melancarkan tindakan keras mematikan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di Yangon pada Maret, menurut penduduk.
Sementara, Kantor Panglima Angkatan Pertahanan belum membuat pengumuman apa pun terkait serangan itu hingga Sabtu sore. Serangan Jumat malam merupakan perlawanan terbaru yang dilakukan oleh masyarakat secara langsung.
Sebagai balasan atas berbagai serangan dan bom yang dilakukan warga sipil, rezim militer Myanmar kemudian melakukan razia besar-besaran. Hasilnya, lebih dari 2 ribu bom rakitan dan senjata api diamankan di Yangon. Sementara, lebih dari dua puluh warga yang sipil yang dituduh memiliki bom ditangkapi.
Jumat malam, televisi rezim militer Myanmar Myawaddy TV mengumumkan penangkapan terhadap 23 orang. Mereka ditangkap bersama dengan tiga pistol, tiga magasin, 2.080 bom rakitan dan 44 bom waktu di antara barang-barang lainnya, menurut pengumuman itu.
"Tindakan efektif akan diambil berdasarkan hukum terhadap teroris yang mengancam kehidupan, properti dan jaminan sosial orang-orang yang ingin hidup damai," ujar rezim militer Myanmar dalam pengumumannya melalui televisi tersebut.
Dalam pengumuman terpisah pada hari yang sama, penyiar TV rezim mengatakan 20 orang lainnya telah ditangkap pada 13-17 Mei di Yangon. Mereka dituduh menghadiri pelatihan bahan peledak di daerah yang dikendalikan oleh organisasi etnis bersenjata (EAO), berbagi apa yang mereka pelajari dengan orang lain, menyelundupkan senjata api ke Yangon hingga mengatur pengiriman orang untuk pelatihan di daerah yang dikendalikan EAO.
BACA JUGA:
Hingga pekan ini, lebih dari 800 orang telah dibunuh oleh rezim sejak kudeta 1 Februari, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Myanmar (AAPP), yang memantau korban sipil yang disebabkan oleh junta.
Jumlah pasti peserta di perbatasan tidak diketahui. Tetapi menurut perkiraan beberapa media mungkin ada setidaknya beberapa ratus, termasuk dokter dan profesional muda lainnya.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini