JAKARTA - Delapan guncangan melanda Kotapraja Thaketa, Yangon saat seorang administrator yang selama ini menjadi mata-mata rezim militer Myanmar ditembak mati, menandai meningkatnya intensitas perlawanan pasukan anti-rezim.
Delapan ledakan yang mengguncang Yangon terjadi di dekat kantor polisi No. 1 dan No. 2 kotapraja, pasar lokal, sekolah dasar No. 37, dan di Myoma 9th Street dan Marn Pyay 20th Street.
Dua ledakan terpisah dilaporkan terjadi di Kantor Polisi No. 2. Beberapa tentara dan polisi yang pergi untuk menyelidiki ledakan pertama terluka ketika ledakan kedua meledak segera setelah mereka tiba, menurut penduduk Thaketa. Myanmar Now tidak dapat memverifikasi informasi ini secara independen pada saat pelaporan.
Sementara itu, seorang administrator lingkungan Bhone Ngwe yang tinggal di Marn Pyay 20th Street, ditembak mati oleh tiga pria, menurut penduduk setempat tanpa menyebutkan namanya.
Seperti kebanyakan administrator lingkungan lainnya yang ditunjuk oleh rezim militer, Bhone Ngwe dituduh sebagai mata-mata, memberi tahu otoritas rezim tentang kegiatan dan keberadaan aktivis.
'Dia adalah seorang informan terkenal. Banyak dari mereka yang ditangkap karena dia," kata penduduk Thaketa tentang Bhone Ngwe, melansir Myanmar Now Jumat 28 Mei.
"Dia bahkan memasak untuk dan memberi makan angkatan bersenjata junta. Pada malam hari, dia akan pergi bersama orang-orang ini untuk menunjukkan rumah-rumah (para pembangkang). Saya dengar dia ditembak di rumahnya sekitar pukul 07.30," tambah penduduk tersebut
Administrator lingkungan dan kantor mereka telah menjadi sasaran serangan bom dan pembakaran di kota-kota di seluruh Myanmar, setelah penumpasan brutal rezim terhadap protes anti-kudeta yang damai.
Jumlah pasti dari serangan semacam itu masih belum diketahui, tetapi insiden baru-baru ini menunjukkan bahwa penentang junta menggunakan taktik yang semakin kejam untuk melawan rezim militer Myanmar.
Myo Lwin, administrator dari bangsal No. 3 di Kotapraja Lanmadaw Yangon, meregang nyawa dengan tembakan di kepala dekat rumahnya di 8th Street pada 18 Mei, segera setelah sebuah ledakan dilaporkan di kantornya.
Untuk diketahui, rezim militer Myanmar telah membunuh lebih dari 830 orang sejak merebut kekuasaan pada 1 Februari. Ribuan orang lainnya masih berada di penjara, di mana banyak yang telah disiksa sampai mati saat diinterogasi.
BACA JUGA:
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.