Bagikan:

JAKARTA - Pendiri aplikasi perpesanan Telegram Pavel Durov mengatakan pada Jumat pagi, otoritas Prancis seharusnya mengajukan keluhan kepada perusahaannya alih-alih menahannya, saat ia berada di bawah penyelidikan resmi di negara itu.

Menulis di saluran Telegram-nya dalam komentar publik pertama sejak penahanannya bulan lalu, Durov membantah anggapan aplikasi tersebut adalah "surga anarkis".

Ia mengatakan penyelidikan terhadap aplikasi tersebut mengejutkan, karena otoritas Prancis memiliki akses ke "saluran telepon" yang telah ia bantu buat dan mereka dapat menghubungi perwakilan Telegram di Uni Eropa kapan saja.

"Jika suatu negara tidak senang dengan layanan Internet, praktik yang berlaku adalah mengajukan tindakan hukum terhadap layanan itu sendiri," tulisnya, melansir Reuters 6 September.

"Menggunakan undang-undang dari era pra-ponsel pintar untuk mendakwa CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dikelolanya adalah pendekatan yang salah arah," kritik Durov.

Telegram, katanya, tidak sempurna, tetapi ia membantah adanya penyalahgunaan yang terkait dengan aplikasi tersebut.

"Namun klaim di beberapa media bahwa Telegram adalah semacam surga anarkis sama sekali tidak benar," tulisnya.

"Kami menghapus jutaan posting dan saluran yang berbahaya setiap hari," tegas Durov.

Durov, yang lahir di Rusia tetapi sekarang menjadi warga negara Prancis, ditahan akhir bulan lalu di Prancis, di tengah penyelidikan atas kejahatan yang terkait dengan pornografi anak, perdagangan narkoba, dan transaksi penipuan yang terkait dengan aplikasi tersebut.