Bagikan:

JAKARTA - Dunia kripto diguncang kabar mengejutkan pada Sabtu malam 24 Agustus ketika Pavel Durov, pendiri sekaligus CEO Telegram, ditangkap oleh otoritas Prancis. Penangkapan ini terjadi sesaat setelah pesawat jet pribadinya mendarat di Bandara Le Bourget, di luar Paris. Menurut laporan media setempat, TF1, penangkapan ini menyebabkan harga Toncoin, kripto yang terkait dengan Telegram, merosot tajam sebesar 14% menjadi 5,75 (Rp88.377) menurut data CoinGecko.

Durov, yang dikenal sebagai miliarder asal Rusia, ditangkap berdasarkan surat perintah yang dikeluarkan oleh OFMIN (Office Français de la Modernisation et de l’Innovation Numérique), sebuah lembaga kepolisian yudisial Prancis. OFMIN menuduh Telegram, aplikasi perpesanan yang dikembangkan oleh Durov dan saudaranya Nikolai, kurang memberikan moderasi dan kerjasama dengan penegak hukum, sehingga memungkinkan maraknya perdagangan narkoba, penipuan, dan eksploitasi seksual anak di platform tersebut.

Pavel Durov, yang ditemani oleh pengawal pribadinya dan seorang wanita saat tiba di Prancis, sebelumnya telah menghindari perjalanan ke Eropa, khususnya negara-negara yang memantau aktivitas Telegram. Durov diketahui telah menjadi “persona non grata” di Prancis, namun pada malam itu ia membuat langkah yang dinilai sebagai sebuah kesalahan besar oleh sumber yang dekat dengan penyelidikan. Alasan sebenarnya dari penerbangan Durov ke Prancis belum diketahui secara pasti, namun yang jelas, ia kini berada dalam tahanan.

Penangkapan Durov ini memicu reaksi dari berbagai pihak, termasuk dari pengusaha teknologi ternama, Elon Musk, yang menyuarakan dukungannya agar Durov segera dibebaskan melalui akun media sosial X miliknya.

Menurut informasi DL News, Pavel Durov mendirikan Telegram pada tahun 2013 dan sejak itu aplikasi tersebut menjadi salah satu platform perpesanan paling populer di dunia, terutama di kalangan mereka yang menginginkan privasi lebih. Pada tahun 2014, Durov meninggalkan Rusia setelah menolak memenuhi permintaan pemerintah Rusia untuk menutup komunitas oposisi di VKontakte, platform media sosial yang juga ia dirikan dan kemudian dijualnya.

Penangkapan ini tidak hanya mengundang perhatian dunia internasional, tetapi juga membawa dampak langsung terhadap pasar kripto, khususnya Toncoin, yang anjlok tajam dalam hitungan jam setelah kabar tersebut beredar. Para investor kini menunggu perkembangan lebih lanjut dari kasus ini, yang berpotensi membawa implikasi luas bagi masa depan Telegram dan aset-aset digital yang terkait dengannya.