Bagikan:

JAKARTA - Pria yang mencoba membunuh calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump terlacak mengunggah konten kekerasan antisemitisme (permusuhan terhadap Yahudi) dan antimigran secara online saat masih remaja.

Wakil Direktur FBI Paul Abbate dalam sidang di Senat AS mengungkap keberadaan akun media sosial tersebut pada kurun waktu 2019-2020, ketika Thomas Crooks, pelaku penembakan, berusia 15 atau 16 tahun.

Ini adalah salah satu bukti pertama yang diketahui publik tentang kemungkinan motif serangan 13 Juli pada kampanye Trump di Pennsylvania barat.

“Sesuatu yang baru-baru ini terungkap dan ingin saya bagikan adalah akun media sosial yang diyakini terkait dengan pelaku penembakan pada rentang waktu 2019-2020,” kata Abbate kepada anggota parlemen sambil menyebut lebih dari 700 komentar diunggah oleh akun tersebut.

“Beberapa komentar ini, jika pada akhirnya dikaitkan dengan pelaku penembakan, tampaknya mencerminkan tema antisemitisme dan antimigran yang mendukung kekerasan politik dan digambarkan sebagai tindakan ekstrem,” kata Abbate dilansir Reuters, Selasa, 30 Juli.

Crooks yang berusia 20 tahun, menembak Trump dengan senapan jenis AR-15 dalam kampanye rapat umum di Butler, Pennsylvania hingga telinga mantan presiden tersebut.

Penembak jitu Dinas Rahasia menembak mati Crooks setelah dia melepaskan tembakan.

Sementara itu, penjabat direktur baru Secret Service Amerika Serikat (AS) mengaku “malu" atas kegagalan keamanan yang terjadi sebelum percobaan pembunuhan terhadap calon presiden dari Partai Republik Donald Trump pada 13 Juli saat kampanye di Pennsylvania.

kesaksian yang dirilis sebelum berpidato di depan dua komite Senat, Pj Secret Service Ronald Rowe mengatakan dia mengunjungi lokasi kampanye rapat umum di Butler.

Rowe naik ke atap bangunan di dekat tempat Thomas Crooks melepaskan tembakan yang melukai telinga kanan Trump.

“Apa yang saya lihat membuat saya malu,” kata Rowe dalam kesaksian yang disiapkan untuk sidang gabungan Komite Keamanan Dalam Negeri dan Kehakiman Senat.

"Sebagai seorang petugas penegak hukum, dan seorang veteran 25 tahun di Dinas Rahasia, saya tidak bisa membela mengapa atap itu tidak diamankan dengan baik,” imbuhnya, Selasa, 30 Juli.

Pengakuan Rowe mengenai kelemahan keamanan yang mencolok disampaikan sepakan setelah bos Secret Service Kimberly Cheatle mengundurkan diri di bawah tekanan dari Kongres setelah menolak merinci kekurangan keamanan dalam kesaksiannya di hadapan panel parlemen.

Rowe berusaha meyakinkan anggota parlemen, dia telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penyimpangan serupa di tengah kekhawatiran di kalangan Demokrat dan Republik mengenai kekerasan politik lebih lanjut ketika kampanye semakin intensif menjelang pemilu AS pada 5 November.

“Saya mengarahkan personel kami untuk memastikan setiap rencana keamanan lokasi acara diperiksa secara menyeluruh oleh beberapa penyelia berpengalaman sebelum diterapkan,” kata Rowe.