Bagikan:

JAKARTA - Penjabat direktur baru Secret Service Amerika Serikat (AS) mengaku “malu" atas kegagalan keamanan yang terjadi sebelum percobaan pembunuhan terhadap calon presiden dari Partai Republik Donald Trump pada 13 Juli saat kampanye di Pennsylvania.

Dilansir Reuters, dalam kesaksian yang dirilis sebelum berpidato di depan dua komite Senat, Pj Secret Service Ronald Rowe mengatakan dia mengunjungi lokasi kampanye rapat umum di Butler.

Rowe naik ke atap bangunan di dekat tempat Thomas Crooks (20) melepaskan tembakan yang melukai telinga kanan Trump dengan senapan jenis AR-15.

“Apa yang saya lihat membuat saya malu,” kata Rowe dalam kesaksian yang disiapkan untuk sidang gabungan Komite Keamanan Dalam Negeri dan Kehakiman Senat.

"Sebagai seorang petugas penegak hukum, dan seorang veteran 25 tahun di Dinas Rahasia, saya tidak bisa membela mengapa atap itu tidak diamankan dengan baik,” imbuhnya, Selasa, 30 Juli.

Pengakuan Rowe mengenai kelemahan keamanan yang mencolok disampaikan sepakan setelah bos Secret Service Kimberly Cheatle mengundurkan diri di bawah tekanan dari Kongres setelah menolak merinci kekurangan keamanan dalam kesaksiannya di hadapan panel parlemen.

Rowe berusaha meyakinkan anggota parlemen, dia telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penyimpangan serupa di tengah kekhawatiran di kalangan Demokrat dan Republik mengenai kekerasan politik lebih lanjut ketika kampanye semakin intensif menjelang pemilu AS pada 5 November.

“Saya mengarahkan personel kami untuk memastikan setiap rencana keamanan lokasi acara diperiksa secara menyeluruh oleh beberapa penyelia berpengalaman sebelum diterapkan,” kata Rowe.

Rowe dijadwalkan memberikan kesaksian bersama Paul Abbate, wakil direktur FBI, yang akan mewawancarai Trump pada Kamis, 1 Agustus, sebagai bagian dari penyelidikan atas penembakan tersebut.

Upaya pembunuhan Trump menjadi topik investigasi ganda oleh komite DPR dan Senat, serta satuan tugas bipartisan baru yang dibentuk oleh Ketua DPR dari Partai Republik Mike Johnson dan pemimpin Partai Demokrat di DPR Hakeem Jeffries.

Penyelidik belum dapat menentukan motif yang jelas bagi Crooks yang digambarkan sebagai seorang penyendiri tanpa teman dekat dan jaringan sosial yang terbatas terutama pada anggota keluarga dekat.

Banyak perhatian berkisar pada garis waktu mulai dari saat petugas penegak hukum pertama kali melihat Crooks hingga saat penembak jitu membunuhnya setelah dia melepaskan tembakan.

FBI mengatakan pada Senin, 29 Juli, Crooks pertama kali menjadi perhatian polisi lebih dari satu jam sebelum dia melepaskan setidaknya delapan tembakan ke arah mantan presiden tersebut.

Seorang petugas setempat mengambil foto Crooks dan mengirimkannya ke petugas penegak hukum lainnya di tempat kejadian. Sekitar 30 menit kemudian, anggota tim SWAT melihat Crooks menggunakan pengintai dan menelusuri situs berita, kata FBI.