JAKARTA - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengusulkan pentolan Front Pembela Islam (FPI) dilibatkan sebagai influencer vaksinasi COVID-19. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin, terutama setelah beredarnya dugaan vaksin buatan AstraZeneca mengandung enzim babi.
"Saya mengusulkan Habib Rizieq Shihab pun kalau perlu jadi influencer vaksinasi. Karena ini supaya orang tidak melihat ini isu politik, tapi ini isu bersama," kata Burhanuddin dalam rilis survei Indikator secara daring yang disiarkan di YouTube, Minggu, 21 Maret.
Dia juga menyebut, berdasarkan hasil survei Indikator pada bulan Februri 2021 lalu, tercatat sebanyak 81 persen responden menilai faktor kehalalan vaksin COVID-19 menjadi isu penting dalam program vaksinasi nasional. Sedangkan, sebanyak 15 persen responden menilai segi keamanan vaksin lebih penting dibanding kehalalan.
Sehingga, pemerintah harusnya mulai lebih memaksimalkan peran-peran tokoh agama, terutama ulama untuk menyukseskan program vaksinasi nasional.
"Ini artinya isu kehalalan ini menjadi krusial termasuk buat saya pemerintah harus lebih memaksimalkan peran dari tokoh ulama, tokoh agamawan. Jadi yang jadi influencer vaksin bukan hanya Raffi Ahmad,” ungkapnya.
Adapun berdasarkan hasil survei Indikator 4-10 Maret 2021, dari 1.200 responden sebanyak 73,2 persen anak muda bersedia melakukan vaksinasi COVID-19. Namun, mengacu pada hasil survei bulan Februari 2021 lalu, Burhanuddin meyakini mayoritas anak muda juga menganggap kehalalan vaksin menjadi salah satu isu krusial.
"Tapi kalau kita asumsiskan 81 persen itu menganggap kehalaln itu penting, dan itu ditanyakan secara umum baik umum maupun tua, berarti penting juga untuk anak muda di Indonesia,” ujar Burhanuddin.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, program vaksinasi COVID-19 nasional ditargetkan diterima 181,5 juta orang. Para penerimanya adalah masyarakat yang berusia 18 tahun ke atas dan akan disuntik sebanyak dua kali.
Adapun pemberian vaksin dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, vaksin diperuntukkan bagi 1,5 juta tenaga kesehatan.
Kemudian, pada tahap kedua, vaksinasi COVID-19 diperuntukkan bagi kelompok lansia dan petugas pelayanan publik. Sasarannya sebanyak 21,5 juta lansia dan 16,9 juta petugas pubik. Program ini berlangsung sampai bulan Mei.
Mereka adalah pedagang pasar, pendidik, tokoh dan penyuluh agama, wakil rakyat, pejabat, pemerintah, ASN, TNI-Polri, petugas pariwisata, pelayanan publik, pekerja transportasi publik, atlet, serta pekerja media.
Selanjutnya, vaksinasi akan dilakukan kepada 63,9 juta masyarakat rentan atau penduduk yang tinggal di daerah dengan risiko penularan tinggi. Kemudian, masyarakat lainnya sebanyak 77,7 juta orang. Program ini akan dilakukan mulai April 2021 sampai Maret 2022.