Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi COVID-29 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, vaksin AstraZeneca akan mulai didistribusikan mulai Senin pekan depan.

Pemerintah memberikan ijin darurat terhadap vaksin AstraZeneca setelah adanya fatwa MUI yang memperbolehkan vaksin asal Inggris itu digunakan dalam program vaksinasi nasional. Dengan adanya keputusan tersebut maka penangguhan terhadap penggunaan vaksin tersebut otomatis dicabut.

"Kemenkes selaku pelaksana vaksinasi nasional akan mulai melaksanakan distribusi vaksin AstraZeneca paling lambat Senin depan," ujar Nadia dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual, Jumat, 19 Maret.

"Tentunya kita akan mempersiapkan hal yang terkait dengan pengemasan dan kesiapan distribusi sehingga kita dapat mempercepat program vaksinasi ini kembali," sambungnya. 

Nadia mengatakan, Kemenkes akan bekerjasama dengan berbagai pihak yang sudah berpengalaman dalam hal distribusi vaksin, baik PT. Biofarma ataupun UNICEF untuk memastikan seluruh warga Indonesia dapat menikmati hak mereka untuk mendapatkan vaksin COVID-19.

"Saya menghimbau masyarakat, ini bukan saatnya untuk mementingkan diri kita sendiri. Sudah banyak kita kehilangan keluarga, saudara, teman dan sahabat terdekat kita. Semakin cepat kita melakukan vaksinasi, semakin cepat kita mencapai kekebalan. Semakin cepat kita keluar dari pandemi ini," tegas Nadia.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) dan Badan Regulasi Pengawasan Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) mengkonfirmasi bahwa Vaksin COVID-19 jenis AstraZeneca Aman dan Efektif.

Pada Kamis, 18 Maret 2021, melalui konferensi media, Badan Regulasi Pengawasan Obat dan Produk Kesehatan Inggris (Medicines Health Regulatory Authority/MHRA) dan Badan Pengawas Obat Eropa (European Medicine Agency/EMA) menegaskan bahwa manfaat Vaksin COVID-19 AstraZeneca jauh melebihi risikonya.

Sebelumnya, MHRA mengumumkan hasil peninjauan mereka terhadap beberapa kejadian tromboembolik di antara lebih dari 11 juta orang yang menerima Vaksin COVID-19 AstraZeneca di Inggris.

Regulator Inggris mengkonfirmasi bahwa manfaat vaksin dalam mencegah COVID-19 jauh lebih besar daripada risikonya, dan masyarakat direkomendasikan untuk tetap mengikuti proses vaksinasi.

Setelah melakukan tinjauan ilmiah yang ketat, MHRA menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pembekuan darah terjadi lebih dari angka kejadian pada masyarakat umum yang tidak menjalani vaksinasi.

Tinjauan atas lima laporan di Inggris tentang jenis bekuan darah yang sangat langka dan spesifik di vena serebral (sinus vein thrombosis) yang terjadi bersamaan dengan penurunan trombosit (trombositopenia) saat ini masih berlangsung.

Hal ini telah dilaporkan terjadi pada kurang dari 1 kejadian di antara 1 juta orang yang divaksinasi di Inggris sejauh ini, dan hal ini juga dapat terjadi secara alami (tanpa vaksinasi), artinya, hubungan kausal dengan vaksin belum ditetapkan.

Selanjutnya, Komite Penilaian Risiko Farmakovigilan (Pharmacovigilance Risk Assessment Committee/PRAC) dari EMA menyimpulkan bahwa tidak ada peningkatan risiko pembekuan darah secara keseluruhan (peristiwa tromboembolik) dari penggunaan Vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Namun, PRAC juga menyimpulkan bahwa, pada kejadian tromboembolik serius dengan trombositopenia yang sangat jarang terjadi, tidak terbukti adanya hubungan kausal dengan vaksin, tetapi mungkin perlu dianalisis lebih lanjut. Selain itu, tidak ada bukti mengenai masalah yang berkaitan dengan batch vaksin tertentu atau lokasi produksi tertentu.

AstraZeneca akan terus bekerja sama dengan lembaga otoritas kesehatan untuk memastikan penggunaan Vaksin COVID-19 AstraZeneca secara tepat.

AstraZeneca sudah mengetahui dan akan menerapkan rekomendasi PRAC, termasuk mengenai pembaruan informasi produk, sambil terus berusaha memahami dasar dan relevansi kejadian-kejadian ini untuk memastikan pemanfaatan vaksin yang aman selama masa krisis kesehatan publik.

Analisis basis data keamanan AstraZeneca pada puluhan juta pemberian Vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak menunjukkan bahwa kejadian ini lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan yang diperkirakan pada jutaan masyarakat umum lainnya.